Untuk itu, ada beberapa pertimbangan sebelum memutuskan untuk menggadaikan SK.
“Saran saya, pertama, kalau penghasilannya memang turun coba mencari cara lain atau usaha lain,” tuturnya.
Kedua, menurunkan pngeluaran. Sebisa mungkin menurunkan pengeluaran yang dirasa tidak genting atau urgent.
Ketiga, mempunyai dana darurat atau tabungan. Paling tidak 6-12 bulan ke depan aman atau terpenuhi. Pasalnya, baru-baru ini ada kabar bahwa Amerika Serikat masuk ke resesi teknikal.
Sebagaimana diketahui, US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9 persen pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
Pada kuartal I-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga terkontraksi 1,6 persen qtq.
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi qtq dalam dua kuartal beruntun, bisa dibilang mengalami resesi teknikal. Dengan kata lain, AS kini sudah masuk ke 'jurang' resesi.
“Jadi, keempat, utang-utang yang udah ada ini harus diberesin. Kalau bisa jangan malah nambah utang-utang lagi karena akan nambah cicilan lagi,” tuturnya.
Kelima, punya proteksi atau asuransi. Pandemi belum selesai dan ditambah masih ada risiko virus monkeypox atau cacar monyet. Intinya, harus mengerem karena kondisi ekonomi belum stabil.
Adapun, jika ingin mengambil utang sebaiknya cek cicilannya terlebih dahulu. Melvin menyebutkan, utang itu idealnya atau maksimal cicilannya itu 35 persen dari penghasilan.
“Jadi, kalau misal pengasilannya Rp 10 juta, cicilan maksimalnya itu Rp 3,5 juta. Tapi kalau bisa jangan dimentokin. Dan sebisa mungkin dibereskan,” ujarnya.
Sebab, jika malah menambah utang sementara kondisi ekonomi juga belum stabil, konsekuensinya akan nambah cicilan atau nambah beban bulanan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.