"Tentu saja ini karena ekspor dilarang, kalau enggak dicabut (akan) berdampak pada kinerja ekspor kita. Tapi bagaimana (kinerja) neraca perdagangan dan berapa turunnya kita lihat (rilis) di bulan depan," ujarnya.
Baca Juga: Daging Ayam dan Tiket Pesawat Sumbang Inflasi Mei, Harga Minyak Goreng Malah Turun
Ia menambahkan, turunnya ekspor CPO secara nilai juga disebabkan turunnya harga CPO pada bulan April.
BPS mencatat, harga CPO per April sebesar 1.682,7 dollar AS per barel, turun 5,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Walaupun secara tahunan, tumbuh 56,09 persen.
Hingga saat ini memang belum ada tanda-tanda pemerintah akan mencabut larangan ekspor.
Meskipun desakan pencabutan datang dari berbagai pihak, termasuk ratusan perwakilan petani sawit yang berunjuk rasa hari ini (17/5/2022).
Seperti yang dinyatakan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Presiden Jokowi, larangan ekspor berlaku sampai harga minyak goreng curah menjadi Rp14.000 per liter dan pasokannya terjaga di pasar tradisional.
Kenyataannya, sampai saat ini hal itu belum terjadi.
Baca Juga: Petani Sawit Mau Unjuk Rasa Minta Larangan Ekspor Dicabut, Sebut Sudah Rugi Rp11 Triliun
Adapun komoditas yang dilarang untuk diekspor meliputi CPO, RPO, RBD Palm olein, POME, dan Used Cooking Oil (UCO).
Sementara berdasarkan Permendag Nomor 22 Tahun 2022, jenis produk yang dilarang ekspor meliputi Crude Palm Oil; Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil; Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein; dan Used Cooking Oil.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.