Dengan kanal yang menyempit, Bulog menghadapi situasi dilematis, terutama terkait dengan fungsinya sebagai stabilisator harga di hulu dan hilir.
Selama ini fungsi tersebut dijalankan dengan menggelontorkan stok ke pasar ketika harga di pasaran naik serta menyerap hasil panen petani ketika harga di tingkat produsen anjlok.
"Penurunan harga gabah/beras turut dipengaruhi oleh produksi yang relatif baik, daya beli masyarakat cenderung turun, dan meluasnya bantuan beras dari pemerintah," kata Suyamto
Adapun, Ketua Dewan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Jangkung Handoyo Mulyo mengatakan, ada fakta pengadaan beras produksi dalam negeri turun 5 tahun terkahir.
Harga turun tersebut kemudian berimplikasi pada petani sehingga petani berada dalam posisi tidak terlindungi dan tidak ada insentif bagi produsen untuk tetap berusaha karena harga rendah.
Menurut dia, kebijakan pemerintah semestinya komprehensif dan terintegrasi. Usaha pelaku di hulu (produsen), tengah (operator), dan di hilir harus dijamin agar industri perberasan tetap jalan.
Situasi pandemi bisa jadi pelajaran. Salah satunya ketika banyak negara produsen pangan meningkatkan restriksi dengan menunda komitmen perdagangan internasional.
Negara-negara itu tidak mau mempertaruhkan warga negaranya terkait dengan pangan.
”Betapa pangan harus ditempatkan pada posisi paling penting, bukan karena nilai ekonominya saja, tetapi nilai strategisnya,” ujarnya.
Baca Juga: Penyerapan Bulog Menjelang Panen Raya Gabah di Karawang
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.