> >

Waspada, Clubhouse Punya Potensi Langgar Keamanan Privasi Pengguna

Aplikasi | 16 Februari 2021, 17:15 WIB
Aplikasi berbasis suara, Clubhouse, yang mulai digunakan Elon Musk. (Sumber: Unsplash/William Krause)

HAMBURG, KOMPAS.TV - Belakangan aplikasi obrolan suara Clubhouse menarik banyak pengguna baru karena konsepnya yang unik, mulai dari penentang pemerintah China hingga Elon Musk. Namun, beberapa pihak menyoroti keamanan privasi Clubhouse.

Clubhous pertama kali meluncur ke publik pada 2020 buat pengembang Alpha Exploration yang berbasis di Amerika Serikat. Aplikasi ini memungkinkan pengguna bergabung dengan ruang obrolan.

Penggunda dapat menikmati layanan gratis untuk mendengarkan dan berinteraksi dengan pembicara, seperti acara radio atau diskusi panel.

Baca Juga: Vladimir Putin Diajak Ngobrol Elon Musk di Clubhouse, Mengejek?

Clubhouse menarik banyak pengguna, termasuk di Asia. Hanya beberapa minggu setelah peluncurannya pada Januari di Jepang, banyak politisi muda mulai menggunakannya untuk berkomunikasi dengan konstituen.

Aplikasi ini juga menjaring banyak pengguna di China sebelum pemerintah China memblokirnya. Warga China menggunakan Clubhouse untuk membicarakan berbagai topik sensitif seperti kemerdekaan Hongkong, sejarah kekerasan di Lapangan Tiananmen, dan masalah hak asasi manusia di Xinjiang.

Namun, aparat pemerintah di Eropa menyatakan kekhawatiran terkait keamanan privasi pengguna.

Otoritas perlindungan data di kota Hamburg, Jerman, mencemaskan kebijakan privasi pengguna Clubhouse.

"Operator [clubhouse] juga menyimpan rekaman semua percakapan yang terjadi di berbagai ruangan aplikasi untuk melacak pelanggaran tanpa membuat keadaan lebih transparan," kata aparat Hamburg, dikutip dari Nikkei.com.

Baca Juga: Twitter Akan Beri Label Khusus untuk Akun Resmi Pemerintahan di 16 Negara, Indonesia Termasuk?

Clubhouse menyatakan tindakan perekaman itu dalam terms of service dan privacy policy mereka.

Clubhouse sendiri melarang pengguna merekam sendiri tanpa persetujuan tertulis dari semua orang yang terlibat. Data obrolan juga tidak akan tersimpan permananen, berbeda dengan platform lain, seperti Facebook atau Twitter.

Clubhouse mengklaim rekaman obrolan itu berguna hanya untuk penyelidikan atas pelanggaran aturan keamanan dan kepercayaan. Rekaman itu akan dihapus ketika obrolan diakhiri tanpa ada laporan.

Namun beberapa aspek dari tata cara perekaman ini tak jelas. Otoritas Hambur mempertanyakan standar untuk menentukan komentar apa yang akan memicu penyelidikan. Tidak ada cara pula untuk memastikan apakah rekaman benar-benar telah dihapus.

Mengutip Nikkei.com, beberapa pengacara pakar masalah privasi data mengatakan menyimpan rekaman bisa jadi ilegal di Eropa. Hal itu memerlukan penjelasan yang lebih baik dan persetujuan yang lebih jelas dari pengguna.

Baca Juga: Facebook Mulai Perketat Soal Konten Politik di Indonesia

Ini terkait dengan isi Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa. GDPR mewajibkan izin eksplisit untuk mengumpulkan data pribadi dalam berbagai situasi. Pernyataan di terms of service dan privacy policy dianggap belum cukup.

Otoritas Hamburg juga menyuarakan keprihatinan soal informasi kontak Clubhouse dari telepon pengguna.

Clubhouse memerlukan undangan untuk masuk dalam ruang obrolan.  Namun pengguna tidak dapat mengirim undangan tanpa memberikan Clubhouse akses penuh ke kontak mereka, termasuk nama dan nomor telepon.

Hal ini dapat memberi perusahaan informasi tentang orang-orang yang tidak menggunakan aplikasi. terms of service tidak menjelaskan prosedur pengelolaan data ini.  Clubhouse juga tidak menawarkan cara apa untuk menghapus data kontak itu.

"Salah satu prinsip GDPR adalah mengumpulkan jumlah data minimum yang diperlukan," kata Takeshige Sugimoto, mitra di firma hukum S&K Brussels dan pakar hukum data.

Baca Juga: Teknologi Baru Google, Ukur Detak Jantung dan Laju Pernapasan Menggunakan Kamera Ponsel

Pengumpulan data Clubhouse dari non-pengguna dapat melanggar prinsip ini, tergantung bagaimana data digunakan.

Informasi yang dikumpulkan oleh Clubhouse bisa saja diteruskan ke pihak ketiga tanpa sepengetahuan pengguna.

Aplikasi memiliki akses ke berbagai data tentang penggunanya, termasuk topik yang mereka minati dan orang yang berinteraksi dengan mereka. Menurut Sugimoto, penjelasan soal itu dari pihak Clubhouse masih abstrak dan bisa memicu penafsiran lebih luas.

Kebijakan privasi Clubhouse menyatakan, data pribadi dapat digunakan untuk "mempersonalisasi" layanan, dan bahwa perusahaan dapat "berbagi informasi agregat seperti statistik pengguna umum dengan calon mitra bisnis."

Baca Juga: Sederet Fakta Soal Clubhouse, Aplikasi Berbasis Suara yang Dipakai Elon Musk

Hal ini menjadi masalah klasik media sosial dan aplikasi lain, seperti Facebook.

"Clubhouse memiliki masalah klasik dengan perlindungan data pribadi," kata Ryoji Mori, kata pengacara asal Jepang.

Setahun setelah diluncurkan, Clubhouse masih merupakan versi beta. Prosedur terkait informasi pribadi Clubhouse dinilai gagal mengikuti lonjakan pertambahan pengguna. Pengguna Clubhouse pun diminta waspada.

Penulis : Ahmad-Zuhad

Sumber : Kompas TV


TERBARU