Ada Badai Magnet, BMKG Sebut Masyarakat Indonesia Tak Perlu Khawatir, Ini Penjelasannya
Sains | 13 Juli 2024, 12:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Masyarakat Indonesia tak perlu khawatir dengan gangguan magnet akibat fenomena badai magnet yang tengah melanda Bumi dalam sepekan terakhir. Hal ini dinyatakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Diketahui, dampak dari badai magnet secara umumnya bisa menimbulkan gangguan jaringan televisi, komunikasi, sistem navigasi, dan gangguan operasi satelit seperti GPS.
"Namun masyarakat tidak perlu khawatir karena fenomena badai magnet bumi tersebut tidak berdampak apa pun ke wilayah Indonesia," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG, Setyoajie Prayoedhie dalam keterangan di Jakarta, Jumat (12/7/2024) malam, seperti dilansir Antara, Sabtu (13/7).
Baca Juga: Soal Tabrakan KA Brantas di Semarang, KNKT: Truk Mogok di Rel Bukan karena Medan Magnet
Hal ini, terang Setyoajie, dikarenakan wilayah Indonesia berada di garis ekuator atau khatulistiwa sehingga akan dilindungi oleh sabuk magnetosfer yang kuat.
Selain itu, pihaknya juga mendapati status gangguan akibat badai magnet yang terdeteksi di Indonesia berskala kecil, dan dapat dibuktikan dari hasil pengamatan BMKG pada empat observatorium magnet bumi yang ada di Indonesia dalam medio 5 - 11 Juli 2024.
Setyoajie menjelaskan, pada medio tersebut, aktivitas magnet yang tertinggi terjadi pada tanggal 8 Juli 2024 dengan status badai magnet kecil terekam di Observatorium Tondano.
Badai magnet atau geomagnetik dan umum disebut pula sebagai badai matahari adalah gangguan sementara yang disebabkan oleh gelombang kejut angin matahari dan atau awan medan magnet yang berinteraksi dengan medan magnet Bumi.
Baca Juga: Momen Warga Heboh Coba Sensasi Jalur Medan Magnet di Deli Serdang
Status badai magnet terekam di Observatorium pengamatan magnet Bumi di Tondano, Manado dan Tuntungan, Medan -- dua observatorium pengamatan magnet bumi di lintang utara --, nilai indeks K maksimum K=6 dan nilai indeks A maksimum sebesar A=33.
Sementara pada observatorium pengamatan magnet Bumi di Serang, Banten dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (dua observatorium pengamatan magnet bumi di lintang selatan) nilai indeks K maksimum K=5 dan nilai indeks A maksimum sebesar A=23.
Adapun nilai indeks K menginformasikan tingkat gangguan medan magnet Bumi setiap 3 jam di wilayah Indonesia, dengan tingkat maksimum 9. Sementara nilai indeks A menginformasikan tingkat gangguan medan magnet bumi secara regional dalam rentang satu hari, dengan tingkat maksimum di kisaran 100.
Analisis BMKG tersebut mengartikan fenomena badai magnet ini akan lebih berdampak ke negara-negara yang terletak di belahan bumi utara dan selatan.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Antara