> >

Puncak Kemarau Kering di Wilayah Indonesia Diprediksi Terjadi Bertahap, BMKG Sebut Agustus-Desember

Sains | 10 Agustus 2023, 06:45 WIB
Ilustrasi peta Indonesia. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau kering di wilayah Indonesia terjadi secara bertahap pada bulan Agustus hingga Desember 2023.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, BMKG memprediksi puncak kemarau kering di Indonesia terjadi pada akhir Agustus 2023.

"Kami prediksi puncak musim kemarau yang kering ini akan terjadi pada minggu terakhir Agustus," kata Dwikorita, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (9/8/2023) sebagaimana dilaporkan jurnalis Kompas TV Dipo Nurbahagia.

Ia pun menyatakan, fenomena kemarau kering di Indonesia akan terjadi mulai dari wilayah bagian selatan Tanah Air, di antaranya sebagian wilayah Sumatera, Jawa, hingga Papua.

"Nanti pertengahan Agustus di beberapa wilayah sudah mengalami puncak, tapi kan tidak serentak ya, berangsur-angsur disusul wilayah-wilayah lainnya," kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2014 - 2017 ini.

"Dimulai dari selatan ya, Indonesia bagian selatan ini mulai dari Sumatra tengah sampai selatan," imbuhnya.

Ia menerangkan, puncak kemarau kering pada bulan Agustus terjadi di seluruh Pulau Jawa, diikuti Pulau Bali dan Nusa Tenggara, serta sebagian Pulau Papua.

Baca Juga: Viral Prediksi Gempa Bumi Besar di Indonesia, BMKG: Yang Tepat Akurat Belum Ada

Dwikorita juga menyebut, pada bulan September, puncak kemarau kering terjadi di Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.

"Di Nusa Tenggara diprediksi efek atau dampaknya ini akan bisa berlangsung sampai Desember," ujarnya. 

Ia menyatakan, puncak kemarau kering di Indonesia tahun ini terjadi karena fenomena El Nino. 

"Memang El Nino indeksnya semakin menguat, sudah memasuki moderat dan diprediksi efek atau dampaknya akan makin terasa, yaitu kekeringan di hampir sebagian besar wilayah Indonesia," terangnya.

Melansir situs BMKG, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan SML dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. 

Akibatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Baca Juga: 10 Tips Kurangi Paparan Polusi Udara di Dalam dan Luar Ruangan dari Pakar Kesehatan Paru UI

BMKG memprediksi musim kemarau tahun ini akan mirip dengan situasi pada 2019 dan tidak akan separah kemarau pada tahun 2015.

Puncak kemarau kering di Indonesia, imbuhnya, juga berpotensi menimbulkan kebakaran hutan (karhutla).

"Ada, potensi karhutla ada, seperti tahun 2019 kan juga banyak spot-spot (titik-titik) ya titik-titik api," ujarnya.

Akan tetapi, ia menekankan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), sehingga pemerintah telah menyiapkan mekanisme Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

"Sejak Desember (2022) kami udah sudah wanti-wanti dengan Ibu Menteri LHK, sudah menyiapkan TMC sejak Februari (2023)," terangnya.

Baca Juga: Pindah Ibu Kota Disebut Solusi Polusi Udara di Jakarta, Profesor UI Nilai Belum Holistik

"Kalau memulainya mendadak sudah di saatnya itu akan lebih sulit. Insyaallah meski secara alamiah potensinya kurang lebih seperti tahun 2019, tetapi semoga dengan kesiapan yang lebih semoga tidak separah 2019," imbuhnya.

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU