Jelang Puncak Ibadah Haji, Kemenag Siapkan 3 Skema untuk Jemaah Lansia
Agama | 21 Juni 2023, 14:34 WIBMAKKAH, KOMPAS.TV - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan tiga skema untuk jemaah lansia pada puncak penyelenggaraan ibadah haji di Arafah, Muzdalifa, dan Mina (Armina) di Arab Saudi.
Menurut Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan, tiga skema tersebut telah didiskusikan dan disosialisasikan kepada para pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU).
“Menjelang puncak haji di Arafah – Muzdalifah – Mina atau Armina, kita telah siapkan tiga skema penyelenggaraan ibadah, khususnya bagi jemaah haji lansia,” kata Arsad usai melakukan sosialisasi dengan para pengurus KBIHU di Makkah, Selasa (20/6/2023).
Berikut ini tiga skema yang disiapkan untuk jemaah haji lansia:
1. Jemaah lansia yang meninggal dunia atau sakit keras akan dibadalhajikan
Jemaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi, saat di pesawat, atau di tanah suci, serta jemaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi akan dibadalhajikan.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, sampai saat ini, Rabu (21/6/2023) pukul 14.00 WIB tercatat ada 103 jemaah haji Indonesia yang meninggal di pesawat, Jeddah, Madinah, dan Makkah.
“Jadi, nantinya akan ada orang yang membadalkan hajinya,” kata Arsad dilansir dari laman resmi Kemenag.
Baca Juga: 4 Jemaah Haji Lampung Meninggal Dunia di Tanah Suci
2. Jemaah haji yang sakit dan dirawat namun bisa dimobilisasi akan safari wukuf
Jemaah haji yang sakit dan dirawat, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) ataupun di RS Arab Saudi (RSAS), dan masih bisa dimobilisasi akan disafariwukufkan.
“Kita akan angkut dengan bus yang sudah dimodifikasi, ada jemaah yang duduk dan baring. Satu dua jam di Arafah kemudian akan kembali ke KKIH atau RSAS,” kata Arsad.
3. Jemaah lansia yang sehat namun menggunakan kursi roda
Bagi jemaah lansia yang sehat namun menggunakan kursi roda, Arsad menerangkan, mereka akan tetap diantarkan ke Arafah untuk menjalani Wukuf seperti jemaah haji normal lainnya.
Akan tetapi, jemaah lansia itu akan diarahkan langsung ke Mina, sehingga tidak masuk ke kawasan Muzdalifah yang merupakan hamparan pasir.
"Sebab, Muzdalifah itu kan hamparan pasir. Kalau nanti kursi roda turun di sana akan berat mendorongnya,” ujarnya.
“Sedang dibahas bersama Syarikah, skema agar mereka dapat diberangkatkan dari Arafah langsung ke Mina menjelang tengah malam sehingga saat mereka lewat di Muzdalifah pada tengah malam. Mereka mabit lahdzatan atau sebentar di Muzdalifah,” ucapnya.
Adapun ibadah lontar jumrah para jemaah lansia ini selama di Mina, sambung dia, akan diwakilkan oleh jemaah yang sehat.
Baca Juga: Panitia Penyelenggara Haji Cek Kesiapan Tenda dan Terowongan Mina, Atur Mobilisasi Jemaah
Arsad juga mempersilakan kepada para jemaah yang akan mengambil inisiatif untuk tidak menginap di tenda Mina, tapi kembali ke hotel.
Namun, ia mengingatkan bahwa tidak ada layanan katering di hotel. Sebab, katering yang disiapkan pihak muassasah hanya diperuntukkan bagi jemaah yang menginap di Mina.
“Jadi, jemaah yang mengambil pilihan untuk pulang ke hotel pada fase mabit di Mina, mereka harus mencari makan sendiri,” ucapnya.
Arsad menambahkan, Forum Komunikasi KBIHU pada 10 Mei 2023, telah menandatangani komitmen layanan haji ramah lansia.
Mereka menegaskan akan mendukung program haji ramah lansia yang saat ini digagas pemerintah.
Selain itu, KBIHU juga siap memberikan kemudahan-kemudahan bagi jemaah hajinya, termasuk memberikan fasilitasi para jemaah dalam menunaikan ibadah hajinya.
“Terpenting, KBIHU juga berkomitmen untuk meniadakan aktivitas ibadah sunah bagi jemaah yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan. Bagi mereka cukup umrah wajib, lalu istirahat, mempersiapkan diri untuk pelaksanaan wukuf. Saya kira itu jauh lebih baik dan positif bagi jemaah haji,”ucapnya.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kemenag