Kisah Taher Petani Kopi Gayo Berusia Seabad, Jual Tanah untuk Lunasi Biaya Haji
Agama | 30 Mei 2023, 10:29 WIBACEH BESAR, KOMPAS.TV - Ibadah haji merupakan kewajiban setiap Muslim yang mampu, baik secara harta maupun fisik. Kesadaran akan hal itulah yang membuat Muhammad Taher Abdussalam yang berusia 100 tahun, tetap bersemangat menunaikan ibadah haji.
Taher merupakan jemaah haji Aceh tertua asal Gayo Lues. Ia terbang menuju Arab Saudi, Senin, 29 Mei 2023, melalui bandar udara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar. Meski usianya sudah seabad, kondisi fisik Taher terbilang masih sehat.
Muhammad Taher tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) BTJ-06 bersama jemaah lain dari Gayo Lues, Bireuen dan Lhokseumawe. Pria kelahiran Tampeng, Gayo Lues tahun 1923 ini berangkat sendiri tanpa didampingi keluarganya.
"Insya Allah saya sanggup untuk menjalankan ibadah haji tahun ini," kata Taher dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Senin (29/5/2023).
Berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), pria yang sudah dikaruniai enam orang anak ini mendaftar haji pada tanggal 14 Oktober 2014.
Baca Juga: Calon Haji Asal Madiun Meninggal di Arab Saudi, Dimakamkan di Madinah
Muhammad Taher sudah dua kali gagal berangkat ke tanah suci. Pertama saat pandemi Covid-19 melanda dunia dan tahun lalu saat pemerintah Arab Saudi masih membatasi umur jemaah maksimal 65 tahun.
Maka, musim haji kali ini menjadi tahun yang luar biasa menyenangkan bagi Muhammad Taher. Ia akhirnya bisa menuju tanah suci untuk menjalankan ibadah haji untuk pertama kalinya.
Muhammad Taher rela menjual tanahnya untuk melunasi Biaya perjalanan ibadah haji (Bipih).
"Alhamdulillah, saya bahagia sekali bisa melaksanakan ibadah haji kali ini, semoga semuanya berjalan lancar," ujarnya.
Meski baru pertama berhaji, Taher sudah dua kali ke tanah suci untuk umrah
"Alhamdulillah saya juga sudah pernah umrah dua kali, hadiah dari anak-anak saya," sebutnya.
Baca Juga: Darah Tinggi dan Diabetes Jadi Penyakit Dominan Calon Jamaah Haji Aceh
Tidak ada rasa ragu sedikitpun bagi Muhammad Taher berangkat ke Arab Saudi. Pengalamannya umrah dan pernah merantau di Yogyakarta, Bandung dan Jakarta bisa menjadi pengalaman dalam hidupnya. Ia mengaku tidak khawatir sama sekali berhaji tanpa pandamping dari pihak keluarga.
"Untuk apa takut pergi sendiri, saya sudah pernah umrah dan merantau di Pulau Jawa seperti Jogja, Bandung dan Jakarta. Bahkan sebelum Indonesia merdeka saya sudah di sana," kenangnya.
Sehari-hari, Taher adalah petani kopi seperti kebanyakan masyarakat lainnya di Gayo Lues. Di juga pernah membudidayakan coklat dan kemiri.
Dia juga mengaku tidak pernah mencicipi pendidikan selama hidupnnya. Satu-satunya program yang pernah dia ikuti adalah Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang dicanangkan Presiden Soekarno saat itu.
Baca Juga: Pengumuman! Tarif Tol Cipularang dan Tol Padaleunyi Naik Mulai 5 Juni 2023
Saat ini, keinginan Muhammad Taher hanyalah bisa menjalankan ibadah haji. Seluruh hartanya sudah diwariskan untuk anak-anaknya.
"Semua harta saya sudah saya bagikan kepada anak-anak saya. Saya sudah tua, saat ini saya hanya mau fokus untuk beribadah," ujarnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :