Berita Foto: Menengok Pembuatan Kerajinan Batik Kayu di Desa Wisata Krebet Yogyakarta
Jawa tengah dan diy | 28 Mei 2024, 07:20 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Aroma khas malam yang dipanaskan tercium dari ruangan yang sebagian sisinya dibuat tak berdinding. Beberapa perempuan berhijab terlihat serius memegang canting di tangan kanan dan kayu di tangan sebelahnya.
Malam adalah sejenis lilin yang digunakan untuk memproduksi batik. Dalam pengunaannya, malam diencerkan dengan cara dipanaskan.
Jemari tangan mereka yang memegang canting bergerak perlahan menorehkan malam cair ke permukaan kayu. Sesekali cantingnya kembali dicelupkan ke malam cair di wajan kecil di atas kompor.
Saat lubang kecil di mulut canting tersumbat oleh malam yang perlahan membeku, tak jarang para pembatik itu meniupnya perlahan agar lubang canting kembali terbuka.
Suara seperti orang yang sedang memotong kayu terdengar cukup jelas dari ruangan lain yang terletak beberapa meter dari ruangan para penoreh malam. Di situ, seorang pria paruh baya sedang memotong bongkahan kayu untuk dipahat menjadi barang kerajinan.
Ramah ia menyapa dengan senyum, namun tetap sambil bekerja, mengayunkan semacam golok kecil ke permukaan kayu. Saat berhenti mengayunkan golok, pria itu memungut batang rokok yang masih menyala di sampingnya, kemudian mengisap dan mengembuskan asapnya.
Di sudut ruangan semi terbuka berdinding potongan papan itu terdapat dua pengeras suara berukuran kecil yang terhubung dengan ponsel miliknya. Lagu lawas terdengar mengalun dari pengeras suara itu, menjadi hiburannya saat bekerja.
Terkadang ia turut berdendang mengikuti irama lagu yang terdengar.
Potongan kayu berserakan di ruangan itu. Sebagian sudah berbentuk binatang dan topeng, namun beberapa lainnya masih berupa potongan batang kayu.
Kayu-kayu yang diolah dan diukirnya di tempat itu merupakan bahan utama pembuatan kerajinan batik kayu di Sanggar Peni, nama tempat itu. Mulai dari topeng, patung binatang, serta beragam bentuk lainnya.
Lalu, mulutnya kembali bergerak-gerak mengikuti irama lagu yang keluar dari pengeras suara.
Sanggar itu merupakan satu dari sekian banyak perajin batik kayu di kawasan Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selama ini, Desa Wisata Krebet dikenal sebagai sentra kerajinan kayu di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya batik kayu.
Kemiskidi (63) pemilik sanggar tersebut menyebut dirinya menggeluti sektor kerajinan batik kayu sejak tahun 1988.
“Dari awal kita memang membuat kerajinan dari kayu, baik yang dibatik maupun yang dicap sungging (digambar dengan cat),” kata Kemiskidi, Senin (27/5/2024) siang.
Meski tak hanya memproduksi satu jenis kerajinan kayu, Kemiskidi mengaku lebih banyak membuat kerajinan batik kayu. Sebab, jumlah permintaan kerajinan batik kayu lebih banyak jika dibandingkan dengan kerajinan kayu lainnya.
Proses pembuatan kerajinan batik kayu cukup panjang, mulai dari pemilihan bahan, kemudian pemotongan kayu, pengukiran atau pemahatan, dan penghalusan.
“Prosesnya tergantung mau bikin apa. Kalau mau bikin yang pipih ya bisa pakai papan, tapi kalau mau bikin topeng biasanya kita bisa pakai gelondongan dan bisa papan,” tuturnya.
Pemilihan bahan pun disesuaikan dengan kebutuhan, dan tergantung pada ketebalan kerajinan yang akan diproduksi.
Kerajinan topeng misalnya, Kemiskidi menyebut ada beberapa ukuran ketebalan. Mula dari ketebalan 4 sentimeter.
Setelah proses pemotongan, selanjutnya kayu-kayu yang sudah berbentuk bermacam benda itu masuk ke tahap penghalusan.
Ruangan untuk penghalusan terletak sekitar 15 meter dari lokasi pemahatan. Hari itu, dua pemuda duduk di lantai sambil memegang patung katu berbentuk sapi atau kerbau. Tangan mereka memegang amplas dan menggosok permukaan kerbau dengan gerakan statis.
Puluhan patung berbentuk sama berjejer rapi di sisi kanan belakang salah satu pemuda. Sementara di hadapannya masih ada belasan patung lagi yang menunggu penghalusan.
Setelah rampung di proses penghalusan, tahapan selanjutnya adalah melukis batik di permukaan kayu.
“Lebarnya juga macam-macam. Kalau enggak terlalu lebar kita bikin langsung dari gelondongan, kita belah kemudian dibentuk topeng, diampalas, kemudian dibatik,” ujarnya.
Untuk membuat batk di permukaan kayu, proses awalnya adalah dengan menggambar sketsa menggunakan pensil. Kemudian, penorehan malam cair oleh pembatik perempuan.
“Batiknya pertama dibuat sketsa, kemudian kita gunakan malam atau lliln, setelah itu diwarnai, setelah pewarnaan rampung baru dilorot (peluruhan malam)," katanya.
Setelah proses pewarnaan dan pengeringan, kerajinan kayu tersebut siap untuk dipasarkan. Sebagian dipajang di toko miliknya, sebagian lagi dikirimkan sesuai pesanan pelanggan.
Barang kerajinan kayu produksinya sudah dipasarkan hingga ke hampir seluruh daerah di Indonesia. Meski demikian, Kemiskidi menyebut sempat mengalami penurunan drastis saat pandemi Covid-19 lalu.
“Waktu pandemi kemarin permintaan menurun. Sekarang sudah lumayan, mulai normal tapi nggak seperti yang dulu. Kalau pemasaran kita ke seluruh Indonesia,” katanya.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV