Ketua DPD RI: Indonesia Punya Daerah Penghasil Garam, tapi Masih Saja Impor
Jawa timur | 27 Januari 2024, 23:05 WIBDiakui LaNyalla, garam rakyat atau garam krosok memang memiliki kadar NaCL yang masih di bawah standar kebutuhan garam konsumsi dan garam industri, yakni 98 hingga 99 persen.
Baca Juga: Ketua DPD LaNyalla Mattalitti Sebut Indonesia Negara Ketuhanan tapi Cenderung Sekuler, Ini Alasannya
Untuk itu, LaNyalla menilai pendekatan dalam meningkatkan kadar NaCL garam krosok tentu harus dilakukan pemerintah melalui pendekatan teknologi, dengan melibatkan secara aktif Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Di sisi lain, LaNyalla menyebut setidaknya ada beberapa skema yang bisa dilakukan oleh pemerintah.
Pertama, melalui pendirian pabrik garam industri dengan teknologi washing plant. Pabrik tersebut harus terintegrasi dan berdiri di sentra atau lahan garam rakyat, sehingga semua garam krosok produksi petambak garam bisa langsung diolah.
"Di sini peran BRIN harus masuk melalui teknologi washing plant yang mampu meningkatkan kadar NaCL garam krosok menjadi garam konsumsi dan garam industri," ujar LaNyalla.
Setiap unit pabrik garam industri terintegrasi dalam perhitungan membutuhkan investasi sekitar Rp40 miliar, dengan kapasitas produksi mencapai 40 ribu ton per tahun.
Baca Juga: Bagaimana Dampat Garam Impor Terhadap Industri Lokal?
Artinya, dengan membangun sekitar 15 unit pabrik di sentra produksi garam, maka akan dihasilkan sekitar 600 ribu ton garam rakyat yang sudah naik kelas menjadi garam konsumsi dan industri.
Angka tersebut tentu saja mampu mengurangi kebutuhan impor untuk industri aneka pangan.
"Di sini seharusnya pemerintah hadir secara aktif. Mulai dari pemerintah pusat, provinsi, daerah, hingga desa. Semua bersinergi untuk memaksimalkan keunggulan Komparatif menjadi keunggulan kompetitif," ujarnya.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV