Suarakan Perdamaian dan Toleransi, 100 Pemimpin Muslim Muda Dilatih Lewat Salaam Summit 2023
Jawa tengah dan diy | 28 Oktober 2023, 01:00 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Indika Foundation menggelar program nasional Salaam Summit 2023, program pelatihan kepemimpinan yang diperuntukkan bagi 100 muslim muda terpilih untuk menyuarakan perdamaian dan toleransi.
Program Director Indika Foundation Muhammad Abie Zaidannas Suhud mengatakan bahwa Salam Summit 2023 ini mendorong para pemimpin muslim muda untuk dapat memotori perdamaian di Indonesia.
“Menjadikan pemuda Islam menjadi motor perdamaian di Indonesia. Islam sebagai agama mayoritas harus menjadi motor perdamaian, motor toleransi di Indonesia,” kata Abie dalam konferensi pers di Yogyakarta, Jumat (27/10/2023).
Baca Juga: Buka Muktamar Sufi Internasional di Pekalongan, Jokowi Ingatkan Pentingnya Toleransi
Menteri Agama 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin yang menjadi salah satu pengisi kelas di Salaam Summit 2023 mengatakan bahwa Salaam Summit menjadi langkah strategis guna mempromosikan perdamaian.
Sebab, Indonesia merupakan negara yang majemuk dan beragam sehingga perdamaian dibutuhkan untuk menyatukan perbedaan yang ada.
“Ini bagi kalangan muda menjadi sangat strategis, yang dilibatkan adalah mereka yang nanti akan memimpin bangsa yang sangat plural, majemuk, sekaligus sangat agamis,” jelas Lukman.
Kolumnis cum aktivis Kalis Mardiasih memaparkan bahwa perubahan situasi sosial mendorong pentingnya pembekalan kepada generasi muda untuk bisa lebih toleran.
Ia menyinggung soal ketersinggungan kolektif yang membuat masalah lokal menjadi masalah global. Adanya internet membuat tantangan menjalankan kehidupan yang toleran menjadi semakin kompleks.
“Perspektif perdamaian dan toleransi harus disatukan dan dimiliki bersama, karena itu bukan sesuatu yang organik, lahir begitu saja, tetapi memang harus dipelajari terus menerus,” papar Kalis.
Baca Juga: Saat Jokowi Bicara soal Anak Muda yang Suka Kerja Lapangan, Kunci Keberlanjutan Program Ekonomi
Sementara itu, Siti Rofiah, dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo, Semarang, menekankan pentingnya menanamkan cara berpikir kritis pada calon pemimpin muslim di masa depan karena tantangan yang lebih kompleks.
Terlebih di era digital, di mana arus informasi sangat cepat dan lebih terbuka. Kemampuan berpikir kritis perlu diasah dan dikembangkan.
“Kita juga dihadapkan pada keberlimpahan informasi, jika tidak diterima dengan cara berpikir kritis itu berbahaya, akan mengancam keberagaman,” ucap Siti.
Baca Juga: Ketum PSI Kaesang Pangarep Bahas Isu Intoleransi dan Korupsi dengan PGI
Sebagai informasi, 100 muslim muda yang berusia 17-24 tahun dibekali nilai-nilai toleransi berdasarkan Islam Wasathiyah (Islam berkeadilan), tasamuh (toleransi), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), dan mantiq (logika).
Adapun, pelatihan dilakukan secara daring pada 29 September - 1 Oktober 2023 dan 5-8 Oktober. Sebanyak 30 peserta terbaik mendapatkan kesempatan belajar secara offline di Yogyakarta pada 27-29 Oktober 2023.
Rangkaian kelas offline Salaam Summit diakhiri dengan kunjungan peserta ke dua lokasi kelompok keagamaan berbeda. Kedua lokasi tersebut adalah lokasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma dan Seminari Kolese St. Ignatius Yogyakarta.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV