Tour De Buya: Napak Tilas Sejarah dan Pemikiran Buya Ahmad Syafii Maarif
Jawa tengah dan diy | 15 Mei 2023, 07:10 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Tahun lalu, Indonesia kehilangan sosok negarawan yaitu Buya Ahmad Syafii Maarif.
Tokoh yang dikenal dengan kesederhanaannya ini wafat pada 27 Mei 2022 atau 4 hari sebelum genap usia yang ke-87.
Dalam usia senja itu, Buya meninggalkan cita-cita dan pemikiran yang harus dikenang dan dilestarikan.
Untuk mengenang dan meneruskan legacy pemikiran dan cita-cita Buya Syafii, MAARIF Institute bekerja sama dengan Anak Panah dan SaRanG Building menggelar acara Tour De Buya di Yogyakarta, Minggu (14/5/2023).
Baca Juga: Tadarus Ramadan 2023 Maarif Institute: 2 Dekade Konsisten Rawat Pemikiran Buya Syafii
Bentuk acaranya dengan napak tilas perjuangan Buya Syafii di tiga tempat bersejarah, yakni di Taman Makam Husnul Khatimah, Perpustakaan Ahmad Syafii Maarif, dan Serambi Buya.
Pipit Aidul Fitriyana, Staf Program MAARIF Institute yang menjadi tim kepanitiaan menyampaikan, hal ini merupakan kegiatan pertama dari rangkaian acara "Mengenang Satu Tahun Berpulangnya Buya" sekaligus "Mensyukuri 2 Dekade MAARIF Institute".
"Kami merancang beberapa kegiatan yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Jakarta. Selanjutnya nanti akan ada Wirid Kebangsaan dan Malam Tasyakuran 2 Dekade," ujar Pipit, melalui keterangan tertulisnya kepada redaksi kompas.tv, Minggu.
Menurut Pipit, acara ini diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar.
Peserta yang mengikuti tour ini terjaring dari berbagai kampus di penjuru negeri.
Mulai dari Aceh, Padang, Riau, Lampung, Jakarta, Tarakan, Kendari, dan tentunya Yogyakarta.
Selain dari berbagai kampus, peserta juga terdapat dari lintas agama.
Pipit menjelaskan, perjalanan acara dimulai ke Taman Makam Husnul Khatimah di Kulon Progo, Yogyakarta.
Inilah tempat yang menjadi peristirahatan terakhir Buya Syafii setelah menghembuskan napas terakhir di RS PKU Gamping.
Sebagaimana diketahui, Buya setelah wafat, diminta langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
Namun sebelum wafat, Buya berwasiat agar dimakamkan di pemakaman Husnul Khotimah yang dikelola langsung oleh PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Selain itu, Buya juga sudah memesan beberapa petak tanah makam untuk keluarganya di sana.
Pipit mengatakan, perjalanan dilanjutkan menuju ke Perpustakaan A Syafii Maarif yang terletak di Kampus Terpadu Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Muallimin adalah sekolah di mana Buya menempuh pendidikan formal selama tiga tahun.
Di sekolah ini pula, Buya mendapatkan ilmu agama dan keterampilan berorganisasi yang lebih matang.
Di perpustakaan itu, peserta diberikan materi yang disampaikan oleh Ketum PWM DIY, Muhammad Ikhwan Ahada.
Ikhwan menyampaikan pemikiran Buya yang melintas batas, tentang kemanusiaan, pemecahan permasalahan kekinian dan masa depan.
Selain Ikhwan, narasumber lainnya ada pula Erik Tauvani Somae, kader ideologis Buya yang selalu menemani Buya selama perjalanan hidupnya.
Erik bercerita pada ranah yang lebih ringan, menceritakan kehidupan Buya sebagai tokoh besar namun memilih jalan hidup yang sederhana.
Kemudian, Pipit melanjutkan, perjalanan terakhir menuju ke Serambi Buya yang terletak di Nogotirto, Sleman.
Serambi Buya merupakan rumah Buya yang ditinggalinya selama di Yogyakarta.
Kini, rumah itu dialihfungsikan sebagai tempat peninggalan Buya Syafii yang dikelola oleh Suara Muhammadiyah.
Di dalamnya terdapat buku, lukisan, dan barang-barang sejarah Buya.
Ridho Basri, Redaktur Majalah Suara Muhammadiyah menyampaikan bagaimana perjalanan hidup dan keseharian Buya kala menjadi wartawan di majalah tertua di Indonesia itu.
Baca Juga: Maarif Institute Gelar Jambore Pelajar, Warisi Cita-Cita Buya Syafii ke Generasi Muda
Terakhir, Pipit menambahkan, peserta diberi seminar kepenulisan oleh penulis nasional, Iqbal Aji Daryono.
Peserta diberikan materi terkait bagaimana menulis dengan baik dan benar, dengan penggambaran yang jelas dan terperinci.
Seminar kepenulisan ini diadakan selain untuk membuka wawasan dan melatih menulis, yaitu sebagai kewajiban peserta untuk membuat tulisan yang nantinya akan dibuat buku dan diterbitkan.
Direktur Program MAARIF Institute Moh Shofan berharap kegiatan ini bisa memberi refleksi dan pencerahan bagi peserta.
"Kami berharap para peserta mampu merefleksikan perjalanan hidup dan melanjutkan cita-citanya di masa depan," pungkasnya.
Penulis : Deni Muliya Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV