> >

460 Ternak di Bantul Terpapar Penyakit Mulut dan Kuku, tapi Pasar Hewan Tetap Buka

Berita daerah | 8 Juni 2022, 20:51 WIB
Pemantauan hewan ternak terus dilakukan sebagai antisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayah Kabupaten Bantul. (Sumber: Switzy Sabandar/KOMPAS.TV)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Sebanyak 460 ternak di Bantul terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Kendati demikian, pasar hewan Bantul tetap buka.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul mencatat 35 di antaranya positif terpapar PMK per Selasa (7/6/2022) sore.

“Didominasi sapi, lima ekor domba yang kasus awal di Banguntapan, sekarang kondisi sudah membaik,” ujar Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo, Rabu (7/6/2022).

Hewan ternak yang terpapar PKM itu tersebar di 12 dari 17 kecamatan yang ada di Bantul.

Kasus terbanyak berada di Pleret karena banyak jagal dan pedagang sapi.

“Yang kena rata-rata ternak dari luar yang mau dipotong untuk konsumsi,” ucapnya.

Baca Juga: Susah Cari Daging Sapi di Bantul, Ini Penyebabnya

Menurut Joko, sekalipun ratusan hewan ternak di Bantul terpapar PMK, namun pasar hewan tetap buka.

Karena ingin memperbaiki perekonomian masyarakat setelah dua tahun terdampak pandemi Covid-19.  

Terlebih, ada pengalaman kabupaten lain yang menutup pasar hewan berimbas kepada tidak ada pemotongan sapi di Bantul.

“Padahal, Bantul pemasok daging terbesar di DIY,” tuturnya.

DKPP Bantul juga tetap intens mengawasi dan mengobati ternak yang terpapar PKM sampai sembuh dengan isolasi serta penyemprotan disinfektan.

Terkait kebutuhan ternak untuk Idul Adha, ia menegaskan, jumlah sapi di Bantul bisa mencukupi kebutuhan kurban. Asalkan, sapi di Bantul tidak ke luar.

Terpisah, dokter hewan Puskeswan Sanden Titih Wahyaningtyas meminta masyarakat untuk tidak membeli hewan kurban dari luar daerah.

Ia menyarankan untuk membeli ternak di wilayah terdekat.

Baca Juga: Siap-Siap, Harga Daging Sapi di Bantul Bakal Naik Rp10.000 mulai H-10 Lebaran

“Apabila terpaksa membeli ternak dari luar, sebaiknya dilengkapi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari dokter hewan asal ternak itu,” ujarnya.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU