> >

Antisipasi Bencana Hidrometeorologi ala Wisata Sleman

Berita daerah | 2 November 2021, 18:25 WIB
Gunung Merapi dilihat dari Bendungan Kendalsari atau Karangkendal, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. (Sumber: KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman mengeluarkan surat edaran untuk setiap destinasi wisata terkait antisipasi bencana hidrometeorologi. Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa juga sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengambil langkah antisipatif.

Ia menyebutkan Pemkab Sleman menyiapkan dua anggaran untuk penanganan bencana, yakni Biaya Tidak Tetap (BTT) dan anggaran bantuan bencana sesuai Perbup Nomor 27. Sejauh ini, pemberian bantuan kepada warga terdampak bencana baru 30 persen dari kerusakan.

“Tetapi kini kami sedang mengkaji pemberian bantuan kerusakan sebesar 100 persen bagi warga tidak mampu,” ujarnya dalam jumpa pers di Teras Merapi, Karangtengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Selasa (2/11/2021).

Baca Juga: La Nina dan Bencana Hidrometerologi Mulai Mengintip DIY

Sementara, menurut Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan, Kabupaten Sleman saat ini memiliki ancaman multi hazard. Ancaman bencana tersebut yaitu hidrometeorologis, pancaroba, dan Covid-19.

“Untuk antisipasi, kami sudah menyiapkan Early Warning System (EWS) di 16 titik dan sensor curah hujan di puncak Merapi serta 4 titik EWS di area rawan longsor Prambanan,” ucapnya.

Ia juga sudah menyiapkan 69 personel meliputi Tim Reaksi Cepat, operator Pusdalop, operator EWS dan logistik yang siap 24 jam menangani ancaman bencana hidrometerologis.

Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Sleman Aris Herbandang bekerja sama dengan BPBD Sleman dalam melakukan pelatihan mitigasi bencana. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan potensi bencana alam bagi pengelola wisata di Kabupaten Sleman.

“Kami sudah menginstruksikan untuk melakukan koordinasi pemantauan cuaca, terlebih destinasi wisata yang rawan ancaman bencana hidrometrologis seperti jeep merapi dan desa wisata yang memiliki susur sungai,” tuturnya.

Ia menilai dalam mengantisipasi ancaman bencana diperlukan kesadaran pengamanan secara kolektif, tidak hanya pelaku wisata namun juga wisatawan. Saat ini, penggunaan aplikasi PeduliLindungi dan penerapan Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE) terus didorong di Kabupaten Sleman.

Penggunaan aplikasi ini juga tidak menjadi hambatan karena wisata di Sleman jaraknya dekat dan sudah terkoneksi.

“Apabila pengunjung sudah mencapai batas wisatawan bisa dialihkan di lokasi lainnya,” kata Bandang.

Sebelumnya, menurut Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY Reni Kraningtyas curah hujan bulanan di atas normal pada awal musim penghujan bisa meningkat sampai 60 persen.

Namun, jika La Nina berlanjut sampai musim penghujan Desember 2021 sampai Februari 2022, maka curah hujan turun sekitar 20 sampai 60 persen.

Baca Juga: Belum Januari, Yogyakarta Sudah Hujan Sehari-hari, Ternyata Ini Penyebabnya

“Tapi, perlu diperhatikan meskipun persentase peningkatan curah hujan relatif lebih kecil, namun dampak terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi semakin tinggi terlebih di puncak musim hujan pada Januari 2022,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (1/11/2021).

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU