Masih Dikuasai KKB dan Hanya Bisa Diakses Kendaraan Khusus, Ini Kawasan Segitiga Hitam di Papua
Berita daerah | 11 Mei 2021, 23:21 WIBPAPUA, KOMPAS.TV- Polisi dan tentara masih terus memburu personel Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Medan pegunungan menjadi tantangan bagi TNI Polri untuk memburu KKB terlebih polisi menyebut ada sejumlah daerah yang masih dikuasai kelompok yang oleh pemerintah sudah dimasukkan sebagai teroris ini.
Kawasan segitiga hitam namanya dan menjadi fokus para prajurit untuk memberantas KKB.
Karena di kawasan tersebut merupakan sarang kelompok-kelompok terbengis.
Baca Juga: Ini Dia Identitas KKB Terlibat Kontak Tembak di Ilaga, Satgas Nemangkawi: Ada 3 Kelompok Teroris
Kepolisian Daerah (Polda) Papua mengungkapkan kalau pihaknya menemukan adanya tiga kabupaten yang kini dikuasai KKB Papua secara kejam yakni Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Lanny Jaya.
Melansiri Tribun Jateng, Selasa (11/5/2021), ketiga kabupaten tersebut adalah kabupaten yang terletak di wilayah Pegunungan tengah Papua.
Topografi wilayah ketiga kabupaten itu nyaris sama, yakni berbukit dan memiliki banyak lembah.
Tanahnya subur, masyarakat setempat selalu memanfaatkan tanah di daerah itu untuk bercocok tanam, khususnya umbi-umbian.
Kabupaten Lanny Jaya dan Puncak merupakan dua kabupaten pemekaran pada tahun 2008.
Selanjutnya, Kabupaten Lanny Jaya merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya.
Sementara Kabupaten Puncak merupakan pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya.
Baca Juga: Civil Society Watch Sayangkan Sikap Koalisi Masyarakat Tolak KKB Sebagai Teroris
Transportasi ke tiga kabupaten ini dengan menggunakan transportasi udara atau pesawat berbadan kecil.
Selain menggunakan pesawat berbadan kecil, ketiga kabupaten tersebut bisa dilalui jalur darat dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Untuk ke Lanny Jaya misalnya dari Wamena bisa ditempuh dengan perjalanan empat jam.
Sementara dari Wamena ke Puncak Jaya dapat ditempuh selama 12 jam.
Jalur-jalur ini juga hanya bisa ditempuh dengan mobil khusus yang memiliki double gardan atau masyarakat setempat menyebutkan dengan mobil Strada atau Hi-Lux.
Sepanjang perjalanan ke Lanny Jaya ataupun Puncak Jaya disuguhi dengan pemandangan yang elok.
Udara pegunungan yang sejuk dan tak jarang jalur-jalur ini berkabut, karena terletak di ketinggian.
"Kami selalu berjalan beriringan jika ada suatu kejadian penembakan atau kekerasan lainnya di jalur ini," kata Amiruddin, salah satu sopir Wamena-Puncak Jaya.
Tak jarang untuk melewati jalur ini, sejumlah angkutan antar kabupaten dikawal oleh aparat keamanan.
"Ada juga jalur-jalur tertentu yang harus dilalui dengan kecepatan tinggi, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, seperti penembakan atau kekerasan lain yang biasa dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB)," tambah Amiruddin.
Baca Juga: Perburuan Terus Dilakukan, Kapolda Papua Ternyata Minta Anggota KKB Ditangkap Hidup-hidup, Ada Apa?
Daerah Segitiga Hitam
Sebagaimana diketahui, di Kabupaten Lanny Jaya misalnya KKB dikuasai oleh Puron Wenda dan Enden Wanimbo.
Lalu di Kabupaten Puncak Jaya, KKB dikuasai oleh beberapa kelompok yakni Goliat Tabuni dan juga kelompok Yambi pimpinan Lekagak Telenggen dan Kalenap Murib.
"Kelompok Yambi ini yang diduga selalu menyeberang ke wilayah Kabupten Puncak dan melakukan aksi penembakan dan kekerasan di sana," kata mantan Kapolda Papua Komjen Pol Paulus Waterpauw.
Polda Papua mengklaim bahwa KKB yang sering melakukan aksi kekerasan di tanah Papua tak ada hubungannya dengan suatu organisasi.
Baca Juga: Kapolda Papua Sebut 6 KKB yang Masih Aktif, Lekagak Telenggen hingga Egianus Kogoya
Kepentingan KKB ini adalah untuk mempertahankan sebagai kelompok pengacau dan ingin tetap menunjukkan eksitensi dengan merampas senjata, menganiaya, membunuh serta melakukan kekerasan.
"Sepanjang Desember 2015-Maret 2016 sudah ada tiga catatan penembakan disertai kekerasan yang dilakukan oleh KKB. Ini tak bisa lagi dibiarkan dan harus ditindak tegas," sambung Paulus yang saat ini menjadi Kepala Badan Intelejen dan Keamanan Polri tersebut.
Penulis : Gading Persada Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV