> >

Viral Kakek Bawa Jenazah Sang Cucu yang Terbungkus Kain Jarik Pakai Motor

Peristiwa | 8 November 2020, 14:47 WIB
Ilustrasi bayi meninggal (Sumber: Instagram)

BLORA, KOMPAS TV - Seorang kakek berjalan keluar dari RSUD dr R Soeprapto Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Ia menggendong jasad mungil cucunya menggunakan selendang kain jarik. 

Aksi sang kakek kemudian menghebohkan masyarakat karena viral di jagat maya setelah akun bernama Sugiyanto mengunggahnya ke dinding Facebok miliknya. 

Unggahan itu tak berumur lama. Pasalnya, Sugiyanto kemudian menghapus unggahan tersebut. Dalam statusnya, Sugiyanto mengunggah sebuah foto seorang lelaki tua berjaket hitam mengenakan helm serta bermasker sedang menggendong bayi.

Baca Juga: Tetangga Dengar Teriakan Sampai Cium Bau Busuk Sebelum Jasad Bunda Maya Ditemukan Dalam Sumur

Ia tampak hendak membonceng seorang pria yang sudah siap di atas motor. Selain unggahan foto, Sugiyanto juga memberi keterangan.

"Seorang kakek yang raut wajahnya nampak sedih sedang membawa cucunya yang dirawat di RSUD dr R Soeprapto Cepu udah meninggal dan dibawa pulang naik sepeda motor. Kejadian ini terjadi pagi ini tanggal 5 November 2020 jam 06.48 WIB," kata Sugiyanto.

Sugiyanto saat dihubungi wartawan mengaku jika apa yang dipostingnya tersebut adalah sebuah kesaksiannya yang ia dokumentasikan sendiri.

"Jadi, saat itu saya sedang mengantar istri kontrol di RSUD Cepu. Saat itu, banyak pengunjung yang heboh lantaran ada seorang kakek menggendong mayat bayi yang tak lain adalah cucunya. Ia berjalan keluar dari ruangan menuju parkiran," kata Sugiyanto.

Baca Juga: Fakta Video Viral Pengendara Motor Angkut Jenazah Dibungkus Kain Jarik, Ternyata Jasad Sang Ibu

Sugiyanto yang kebetulan berada tak jauh dari kakek tersebut kemudian berupaya untuk mengabadikan momen tersebut. Saat itu, sang kakek sudah berada di lokasi parkir RSUD dr R Soeprapto Cepu.

"Foto itu saya ambil saat di parkiran sebelah timur. Kakek itu membonceng seorang lelaki menggunakan motor meninggalkan RSUD Cepu,” ucap Sugiyanto.

“Saat itu banyak ibu-ibu yang bilang : Ada bayi mati... Ada bayi mati... Iku piye kok ditumpakno motor (Itu kenapa kok dibawa pulang dengan naik motor).”

Sugiyanto mengaku sebetulnya tidak bermaksud buruk dengan unggahannya itu. Sugiyanto hanya merasa iba dengan kejadian itu. Ia berharap ada pihak berkompeten yang sudi memberikan penjelasan.

Baca Juga: Keluarga Tolak Pemakaman Jenazah Sesuai Protokol Covid-19 Akibat Perawatan Awal Tidak Prosedural

"Namun supaya tidak bikin gaduh, makanya saya hapus postingan itu. Belum ada yang menjelaskan apakah itu sesuai SOP. Kami bingung dan hanya ingin tahu, biar masyarakat juga paham setelah dijelaskan," ujar Sugiyanto.

Penjelasan RSUD

Sementara itu, dilansir dari Kompas.com,Direktur RSUD dr R Soeprapto Cepu, Fathkur Rokhim, menyampaikan setelah kabar tersebut ramai diperbincangkan, pihaknya langsung menelusurinya. 

Menurut keterangan tim medis RSUD dr R Soeprapto Cepu, pada Kamis (5/11/2020) dini hari tercatat ada bayi laki-laki berusia tujuh hari meninggal dunia usai dilahirkan.

Bayi tersebut, kata Fathkur, tergolong Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),  suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. 

Baca Juga: Polisi Ungkap Kesulitan Angkat Jenazah Guru Ngaji di Sumur Sedalam 17 Meter

Secara umum, bayi yang lahir cukup bulan memiliki berat badan antara 2.500 gram hingga 4.000 gram.

"Berat bayi itu kurang dari satu kilogram dan sangat berisiko. Si Ibu persalinan di sini hingga bayi tersebut lahir dan dirawat tujuh hari. Namun tidak tertolong. Kalau tidak salah warga Randublatung atau Menden," kata Fathkur.

Menurut Fathkur, pihak RSUD dr R Soeprapto Cepu sudah melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 

Saat itu, kata Fathkur, begitu bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia, petugas sudah menawarkan jasa supaya jasadnya diangkut menumpang ambulans.

Baca Juga: Jenazah Ibu Tewas di Sumur Dimakamkan di Purworejo

"Namun keluarganya menolak menggunakan ambulans. Katanya mau dibawa pulang sendiri. Awalnya kami kira mau dibawa juga menggunakan mobil, namun ternyata menggunakan motor. Kalau kami tahu itu, pasti kami larang," ujar Fathkur.

Fathkur berharap kejadian serupa tidak terulang kembali, karena sesuai prosedur semua jenazah harus dibawa ambulans atau dengan insiatif lain menumpang kendaraan roda empat.

"Jangan sampai hal ini terulang lagi. Kami juga heran, apa karena tidak sanggup membayar ambulans atau karena tidak ingin ribet. Mungkin saja ingin praktis sehingga digendong dengan naik motor, namun kan tidak begitu etikanya," kata Fathkur.

Baca Juga: Heboh Jenazah Covid-19 di Probolinggo Matanya Dicongkel, Satgas: Itu Tidak Benar

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU