> >

Viral Kakek Bawa Jenazah Sang Cucu yang Terbungkus Kain Jarik Pakai Motor

Peristiwa | 8 November 2020, 14:47 WIB
Ilustrasi bayi meninggal (Sumber: Instagram)

"Namun supaya tidak bikin gaduh, makanya saya hapus postingan itu. Belum ada yang menjelaskan apakah itu sesuai SOP. Kami bingung dan hanya ingin tahu, biar masyarakat juga paham setelah dijelaskan," ujar Sugiyanto.

Penjelasan RSUD

Sementara itu, dilansir dari Kompas.com,Direktur RSUD dr R Soeprapto Cepu, Fathkur Rokhim, menyampaikan setelah kabar tersebut ramai diperbincangkan, pihaknya langsung menelusurinya. 

Menurut keterangan tim medis RSUD dr R Soeprapto Cepu, pada Kamis (5/11/2020) dini hari tercatat ada bayi laki-laki berusia tujuh hari meninggal dunia usai dilahirkan.

Bayi tersebut, kata Fathkur, tergolong Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),  suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. 

Baca Juga: Polisi Ungkap Kesulitan Angkat Jenazah Guru Ngaji di Sumur Sedalam 17 Meter

Secara umum, bayi yang lahir cukup bulan memiliki berat badan antara 2.500 gram hingga 4.000 gram.

"Berat bayi itu kurang dari satu kilogram dan sangat berisiko. Si Ibu persalinan di sini hingga bayi tersebut lahir dan dirawat tujuh hari. Namun tidak tertolong. Kalau tidak salah warga Randublatung atau Menden," kata Fathkur.

Menurut Fathkur, pihak RSUD dr R Soeprapto Cepu sudah melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 

Saat itu, kata Fathkur, begitu bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia, petugas sudah menawarkan jasa supaya jasadnya diangkut menumpang ambulans.

Baca Juga: Jenazah Ibu Tewas di Sumur Dimakamkan di Purworejo

"Namun keluarganya menolak menggunakan ambulans. Katanya mau dibawa pulang sendiri. Awalnya kami kira mau dibawa juga menggunakan mobil, namun ternyata menggunakan motor. Kalau kami tahu itu, pasti kami larang," ujar Fathkur.

Fathkur berharap kejadian serupa tidak terulang kembali, karena sesuai prosedur semua jenazah harus dibawa ambulans atau dengan insiatif lain menumpang kendaraan roda empat.

"Jangan sampai hal ini terulang lagi. Kami juga heran, apa karena tidak sanggup membayar ambulans atau karena tidak ingin ribet. Mungkin saja ingin praktis sehingga digendong dengan naik motor, namun kan tidak begitu etikanya," kata Fathkur.

Baca Juga: Heboh Jenazah Covid-19 di Probolinggo Matanya Dicongkel, Satgas: Itu Tidak Benar

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU