Heboh Jenazah Covid-19 di Probolinggo Matanya Dicongkel, Satgas: Itu Tidak Benar
Peristiwa | 7 November 2020, 20:18 WIBHal senada juga dijelaskan oleh Plt Direktur RSUD dr Mohamad Saleh sekaligus Jubir Satgas Covid-19 Kota Probolinggo Abraar Kuddah.
Ia membantah mata jenazah M, pasien Covid-19 asal Probolinggo hilang. Menurutnya M meninggal pada Kamis (5/11/2020) pukul 12.56 WIB.
Dia diagnosis menderita stroke hemorargic, respiratory failuler TP 1, dan terkonfirmasi positif Covid-19. Pemulasaran dilakukan di kamar mayat RSUD dr Moh Saleh dan disaksikan kakak serta kerabat pasien.
"Misalkan memang benar ada pengambilan organ terhadap pasien, tentunya pihak keluarga sudah protes sejak awal," jelas Abraar di RSUD Moh Saleh, Jumat (6/11/2020) malam.
Menurutnya pemulasaraan dilaksanakan dengan prosedur dan diawasi oleh Forum Komunikasi Umat Beragama setempat.
"Bahkan untuk petinya kami rakit ketika ada jenazah kasus Covid-19. Jadi ukuran pas sesuai dengan tubuh jenazah, penempatan posisi jenazah pun tetap kami perhatikan," katanya.
"Jika dia muslim kami posisikan miring, dan apabila dia non-muslim kami posisikan terlentang," sambung Abraar.
Setelah pemulasanan selesai, jenazah diambil petugas dan diantar menggunakan ambulans ke Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Baca Juga: Di Mata Istri Korban, Oknum TNI Terduga Pembunuh Pendeta Yeremia Seperti Anak Sendiri
Lebam Mayat
Terkait fenomena keluar darah dari tubuh jenazah, Abraar menjelaskan, hal tersebut terjadi karena proses yang dinamakan lebam mayat.
Proses ini membuat darah turun dari gravitasi yang paling tinggi.
Jika posisinya sama dalam waktu 6 sampai 8 jam, akan muncul warna kebiru-biruan di punggung jenazah. Karena posisi jenazah pasien miring maka pendarahannya akan turun.
Di saat pendarahan ini turun ada lubang-lubang dari mata, hidung, telinga, dan mulut, yang bisa dilewati.
Bisa juga darah yang membeku di atas mencair lalu turun ke bawah saat terjadi proses lebam mayat.
Dari kejadian ini, Abraar meminta kepada masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
"Perlu kita ketahui rumah sakit ini saya pimpin, saya sebagai Plt Direktur, saya juga orang muslim, saya juga orang kesehatan," tuturnya.
"Tidak mungkin saya akan mencederai sumpah dokter dan seorang pemimpin, serta sumpah para perawat di sini dengan cara yang dituduh mau menjual organ dan lain sebagainya. Itu sangat tidak mungkin dan itu bisa dibuktikan," imbuh Abraar.
Baca Juga: Pembunuhan Sadis Leher Petani Ditebas Gara-Gara Dituduh Menyantet
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV