Dilema Pelestarian Bahasa Malind, Bak Bertepuk Sebelah Tangan
Edukasi | 3 Mei 2024, 21:45 WIBMERAUKE - KOMPAS.TV Jumat pagi, pukul 09.18 waktu Indonesia Timur.
Sebuah foto dikirim melalui pesan aplikasi Whatsapp, foto dari Yune pendiri Sekolah Alam Paradise yang terletak di wilayah Gudang Arang, Merauke, Papua Selatan.
Difoto berisi puluhan orang didominasi anak-anak dengan hiasan replika burung cendrawasih. 4 Diantara anak yang da di dalam foto merupakan perwakilan Merauke yang ikut dalam Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Nasional.
Yune melanjutkan pembicaraannya dengan mengirim pesan yang menerangkan bahwa 4 anak yang ada didalam foto :
1. Jesica Balagaise (SMP N 1 Kumbe)
2. Septi Fadillah R Gebze (Sekolah Alam Paradise - SMP Almunawaroh)
3. Stevalysse Taegernan (Sekolah Alam Paradise - SD N 1 Merauke)
4. Miryam Kasih M Jeffleulawal (Sekolah Alam Paradise - SD N1 Merauke)
3 dari 4 anak yang mewakili Merauke, merupakan anak bimbingannya yang aktif dalam sekolah alam non formal yang ia dirikan.
“Keempatnya bawa nama Kabupaten Merauke dan Bahasa Malind tanpa dukungan Pemerintah Kabupaten Merauke,” terang Yune.
Selain ke 4 anak yang dimaksud, juga ada 3 orang pendamping yang ikut berangkat ke Jakarta memenuhi undangan Kemendikbud melalui Balai Bahasa Papua, mulai tanggal 1-5 Mei 2024.
Namun, Yune menyayangkan meski membawa nama daerah dengan bahasa asli Merauke, rupanya ke 7 perwakilan Merauke ini tak mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke hingga hari keberangkatan menuju Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Nasional, di Jakarta.
Ibarat “Bak Bertepuk Sebelah Tangan” Sejumlah upaya dan pendekatan untuk mendukung upaya pelestarian budaya dan muatan lokal daerah dilakukan. Sayangnya tak mendapat dukungan dari dinas terkait.
Bersyukur dengan segala upaya yang dimiliki, Yune masih bisa mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua Selatan .
Tentu hal ini sangat disayangkan Yune dan para penggiat pelestarian bahasa Malind, mereka berkecil hati atas upaya-upaya yang dilakukan tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah, khususnya dinas terkait.
Padahal, Yune menyebut beberapa daerah lainya di Papua mampu menyisihkan sedikit anggaran untuk mendukung pelestarian bahasa dan budaya lokal.
Namun ini bukanlah akhir, bukanlah sebuah sebuah perjuangan jika tak menempuh serangkaian tantangan.
Yune dan para penggerak bahasa Malind berharap ke depan pemerintah kabupaten memperhatikan hal ini, karena hal paling dasar dan penting, sebagai bentuk penghargaan dan pelindungan bahasa ibu, bahasa pemilik negeri ini.
Penulis : KompasTV-Merauke
Sumber : Kompas TV