Kunjungan Kerja Nadiem di Kalbar: Program Merdeka Belajar Mendapat Respons Positif
Edukasi | 27 Oktober 2022, 19:10 WIBPONTIANAK, KOMPAS.TV – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sejak Senin, (24/10/2022).
"Hari ini kami bersyukur mendengar langsung bahwa berbagai program dan kebijakan yang kami upayakan selama ini mulai dirasakan dampak positifnya," tutur Mendikbudristek usai berdialog dengan para Kepala Sekolah Penggerak di SD Negeri 28 Pontianak Utara.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono memberi apresiasi kehadiran Mendikbudristek di Kota Pontianak. "Hari ini menjadi istimewa bagi kami khususnya para guru, karena informasi yang selama ini kami terima bisa langsung didengarkan dari Mendikbudristek," ucap Edi.
Terobosan Mendikbudristek, lanjut Edi, akan dirasakan hasilnya setelah lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Edi berharap perubahan ini akan terus berlangsung dan program unggulan Mendikbudristek dapat mentransformasi pendidikan khususnya di Kota Pontianak.
"Mari kita dukung langkah Mendikbudristek untuk perubahan lebih baik bagi sistem pendidikan kita," ajak Wali Kota Pontianak.
Dukungan program Merdeka Belajar turut disampaikan Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Adrianus Asia Sidot.
"Semoga program ini membawa perubahan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat, dan Kota Pontianak dapat menjadi pionir," pungkas Adrianus.
Nadiem juga menerima banyak masukan dari para kepala sekolah dan guru dalam sesi diskusi.
Masukan tersebut antara lain penyederhanaan proses administrasi agar tidak memberatkan guru, rekrutmen PPPK, penyempurnaan Platform Merdeka Mengajar, dan implementasi Permendikbudristek terkait penugasan Guru Penggerak menjadi Kepala Sekolah.
Baca Juga: Mendikbudristek: Transformasi Teknologi Berdampak pada Sektor Pendidikan
"Tadi, dalam pertemuan dengan Bapak Gubernur, Bapak Wali Kota, dan Bapak Bupati kami dapatkan dukungan dan masukan atas program-program Merdeka Belajar. Ini penting sekali untuk terus kita kawal bersama," imbuh Nadiem.
Mendikbudristek memaparkan, semua masukan tersebut akan dicermati dan menjadi bahan evaluasi guna perbaikan program Merdeka Belajar.
"Masukan bapak ibu guru sangat berharga bagi kami. Pasti akan kami perhatikan dan pikirkan untuk ditindaklanjuti dalam program dan kebijakan," ujarnya.
Selain itu, implementasi penggunaan Platform Merdeka Mengajar telah dilaksanakan dengan baik oleh para guru di Pontianak.
Sebagian besar guru-guru sudah menggunakan platform yang membantu mereka menerapkan Kurikulum Merdeka dan meningkatkan kompetensinya.
"Para guru memberikan berbagai macam masukan terhadap fitur-fitur yang akan mempermudah pembelajaran mereka, dan ini akan kami jadikan evaluasi," jelas Mendikbudristek.
Mendikbudristek juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para Kepala Sekolah Penggerak karena telah menerapkan sejumlah program Merdeka Belajar yang membutuhkan usaha ekstra.
Menurut Mendikbudristek, menjadi Sekolah Penggerak bukan suatu hal yang mudah karena membutuhkan keberanian dalam menghadapi kerumitan dan tantangan.
“Saya ucapkan apresiasi, terima kasih kepada bapak ibu kepala sekolah yang telah menjadi garda terdepan perubahan. Terima kasih bapak ibu sudah berani meluncurkan paradigma baru dalam pembelajaran,” kata Mendikbudristek.
Saat berdiskusi, Mendikbudristek menegaskan bahwa paradigma Sekolah Penggerak sebagai sekolah favorit adalah kesalahan persepsi.
“Kami memilih Sekolah Penggerak bukan berdasarkan bagusnya sekolah tersebut, tetapi dari kemauan kepala sekolah dan guru-gurunya untuk melakukan perubahan,” ujar Nadiem.
Dalam mengimplementasikan Sekolah Penggerak, Kemendikbudristek memberikan bantuan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung berbagai program pembelajaran.
“Kami utamakan bantuan TIK diberikan kepada sekolah-sekolah yang fasilitasnya belum ada,” jelas Mendikbudristek.
Praktik Baik Sekolah Penggerak
Kepala Sekolah SD Negeri 28 Pontianak Utara Heryaningsih memberi apresiasi kebijakan Sekolah Penggerak yang diluncurkan Kemendikbudristek. Baginya, sejak menjadi Sekolah Penggerak, pembelajaran di sekolah terasa lebih menyenangkan.
“Guru dan siswa menjadi lebih banyak terlibat di dalam projek, dan anak-anak semakin senang karena belajarnya tidak hanya di kelas tetapi menggunakan tempat lainnya seperti perpustakaan,” ujar perempuan yang biasa disapa Ning itu dengan gembira.
Ning menjelaskan, Program Sekolah Penggerak membuat sekolahnya semakin mempunyai nilai tambah karena adanya pelajaran bahasa Inggris yang dimulai sejak kelas 1 SD.
“Ini menjadi poin tambahan bagi sekolah kami, karena di sekolah lain yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka maka belum ada pelajaran bahasa Inggris di sekolahnya, sehingga para orangtua banyak yang ingin menyekolahkan anaknya di tempat kami,” imbuh Ning.
Baca Juga: Menjangkau hingga Daerah 3T, Platform Merdeka Mengajar Dorong Akses Pengembangan Kualitas Guru
Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Pontianak Heppi Fitri Yenni mengatakan, Sekolah Penggerak menjadi pendorong kemajuan bagi guru di dalam pembelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka, menurut Heppi, guru di sekolahnya bisa mengunduh materi dan berbagai praktik baik yang terdapat di Platform Merdeka Mengajar. Para guru di sekolah yang dipimpin Heppi dapat mengimplementasikan dan menambahkan inovasi dalam pembelajaran.
“Kami sangat mendukung Sekolah Penggerak, karena di dalamnya interaksi antara siswa dan guru lebih tercipta," tutur Heppi.
"Pembelajaran yang dahulu dipusatkan pada guru, sekarang lebih banyak melibatkan siswa karena berdasarkan projek. Sekarang guru adalah fasilitas dan siswa sebagai raja di dalam pembelajaran.”
Lebih lanjut disampaikan Heppi, sejak menggunakan Kurikulum Merdeka, siswa di sekolahnya sangat menikmati pembelajaran.
Pembelajaran projek di SMP Negeri 19 Kota Pontianak menggunakan tiga tema, yaitu berfokus pada tema kearifan lokal, kewirausahaan, dan bangunlah jiwa raganya.
“Dalam tema tersebut kami mengajak anak-anak terlibat dalam mempelajari kebudayaan, kearifan lokal seperti sejarah Kota Pontianak hingga budaya makan yang dikenal dengan istilah tradisi Saprahan,” jelas Heppi.
Dengan adanya perubahan-perubahan dalam pembelajaran, Kepala Sekolah Penggerak berharap agar Kemendikbudristek terus melanjutkan Kurikulum Merdeka.
“Kami sangat mendukung, semoga bisa terus dilanjutkan oleh pemerintah dan akan ada inovasi-inovasi lainnya yang lebih mendukung kemajuan pendidikan kita,” harap Heppi.
Sekolah Penggerak adalah sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi kognitif (literasi dan numerasi) serta nonkognitif (karakter) yang diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Kepala sekolah dan guru dari Sekolah Penggerak melakukan pengimbasan kepada satuan pendidikan lain. Program Sekolah Penggerak berbeda dengan program sekolah model atau sekolah rujukan.
Terdapat lima jenis intervensi yang terintegrasi dalam Program Sekolah Penggerak, yaitu pendampingan konsultatif dan asimetris kepada pemerintah daerah, pelatihan dan pendampingan kepala sekolah dan guru, pembelajaran dengan paradigma baru, perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah.
Kiswanti, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 Pontianak mengaku bangga karena sekolah yang dipimpinnya terpilih menjadi Sekolah Penggerak Angkatan I dari Kota Pontianak meski sekolahnya masih menumpang di gedung SMP lain.
"Saat ini kami menumpang pada SMP Negeri 2 karena gedung sekolah kami sedang direnovasi, tetapi saya bersyukur sekolah kami bisa terpilih menjadi Sekolah Penggerak dan mengimplementasikan berbagai program Merdeka Belajar," ujar Kiswanti.
Mendikbudristek Tinjau Pelaksanaan AN di SD Negeri 01 Sanggau
Pada hari kedua kunjungan kerja di Kalimantan Barat, Mendikbudristek Nadiem Makarim meninjau pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di SDN 01 Sanggau.
Sebanyak 27 peserta didik kelas 5 SDN 01 Sanggau melaksanakan ANBK yang digelar pada 24 sampai dengan 26 Oktober 2022.
Setibanya di sekolah, Menteri Nadiem langsung menuju ruang pelaksanaan ANBK. Saat peninjauan berlangsung, terdapat enam peserta didik yang sedang fokus melaksanakan AN.
“Alhamdulillah semuanya lancar ya. Anak-anak sepertinya tidak mengalami kesulitan baik itu dalam menjawab pertanyaan maupun terkait teknis pelaksanaan,” ungkap Mendikbudristek pada saat peninjauan, pada Selasa (25/10).
Setelah meninjau, Menteri Nadiem berdiskusi dengan beberapa peserta didik yang telah melaksanakan ANBK pada hari pertama dan hari kedua sesi pagi.
“Bagaimana adik-adik, sulit tidak menjawab pertanyaan ANBK? Internetnya lancar tidak?” tanya Mendikbudristek. “Alhamdulillah lancar pak, cuma tadi ada yang sulit ketika menjawab soal simulasi numerasi,” ujar Athia yang merupakan pelajar kelas 5 SDN 01 Sanggau.
“Iya betul, karena di dalam AN itu terdapat soal yang mengharuskan siswa bernalar kritis seperti soal matematika yang angka-angkanya harus dicerna dari kalimat pertanyaan. Itulah kelebihan dari AN,” jawab Nadiem.
Baca Juga: Pendidikan Pancasila Kurikulum Merdeka Diterapkan 2022, Nadiem: Kedepankan Belajar yang Menyenangkan
Kepala SDN 01 Sanggau Noora menjelaskan, sebelum pelaksanaan ANBK, para peserta didik menjalani simulasi untuk mengetahui kendala baik itu teknis maupun dari peserta didik sendiri.
"Alhamdulillah, pada saat simulasi pada beberapa hari kemarin, kendala jaringan baik itu internet maupun listrik tidak ada masalah. Begitu juga dengan pelaksanaan hari ini, anak-anak juga tidak merasa ada beban dalam menjawab pertanyaan,” tutur Noora.
Di SDN 01 Sanggau sendiri, enam perangkat yang digunakan ANBK adalah PC serta laptop milik sekolah dan milik guru secara pribadi. Menteri Nadiem pun memuji gotong royong para guru sehingga pelaksanaan ANBK berjalan lancar.
“Inilah konsep Merdeka Belajar, di mana para guru dan kepala sekolah bersama-sama, bergotong royong menyukseskan program pemerintah,” ucap Mendikbudristek.
Pentingnya Kurikulum Merdeka di Daerah 3T
Dalam diskusi dengan para kepala sekolah di Kabupaten Sanggau, Menteri Nadiem menekankan pentingnya implementasi Kurikulum Merdeka di daerah 3T atau di luar kota besar.
“Justru penerapan Kurikulum Merdeka ini penting diterapkan di luar kota besar, di perbatasan seperti di Kabupaten Sanggau ini, di daerah terpencil, serta di daerah-daerah dengan sosio ekonomi yang rendah,” ucap Menteri Nadiem.
Dalam kesempatan ini, Mendikbudristek menjelaskan alasan kenapa Kurikulum Merdeka ini penting diterapkan di daerah.
Pertama, kata Mendikbudristek, dalam Kurikulum Merdeka, 30 sampai 40 persen materi diringkas agar guru bisa mendalami setiap materi.
Kedua, Kurikulum Merdeka memberikan hak kepada guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.
"Guru kelas 6 mau mundur ke (materi) kelas 4 boleh, karena tiap anak enggak selalu setara, yang penting ia belajar sesuai levelnya. Jadi guru punya keleluasaan untuk mengulang lagi dan mengejar ketertinggalan," lanjut Menteri Nadiem.
Ketiga, lanjut Menteri Nadiem, salah satu komponen terbesar dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis projek.
“Dengan Kurikulum Merdeka, anak-anak bisa belajar soal kewirausahaan, belajar toleransi beragama, kebinekaan, iklim dan ramah lingkungan, kebudayaan lokal sambil keluar dari kelas dan melakukan projek," ucapnya.
Baca Juga: Penjelasan Lengkap tentang Kurikulum Merdeka Belajar, Pengertian, Konsep, dan Keunggulannya
Di samping itu, Mendikbudristek juga mengatakan Kurikulum Merdeka dapat meringkas materi di sekolah, dan guru dapat mengatur pembelajaran dalam satu tahun.
“Misal, satu minggu fokus di matematika dan numerasi, sampai matang di situ. Ini memberi ruang agar guru dan murid tidak dibebankan kurikulum yang 'kejar tayang'," pungkas Mendikbudristek.
Mendikbudristek menjelaskan, para kepala daerah, kepala dinas pendidikan, serta kepala sekolah di Kalimantan Barat merespons positif dampak implementasi program-program Merdeka Belajar.
Untuk diketahui, Kemendikbudristek terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hadirnya Kurikulum Merdeka menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar sesuai dengan kebutuhan zaman.
Dalam Kurikulum Merdeka, siswa tidak hanya dibentuk menjadi cerdas, tetapi juga berkarakter sesuai dengan nilai yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila.
Untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, pemerintah sudah memberikan fasilitas yang memudahkan sekolah dan guru untuk dapat menggunakan bahan-bahan yang tersedia dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Pihak sekolah dan guru juga dapat mengunduh panduan dan buku-buku teks yang tersedia di laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id.
Penulis : Meirna-Larasati
Sumber : Kompas TV