> >

Euro 2024 Tak Bebas dari Politik, Sejarah Penuh Darah Albania-Serbia Timbulkan Perang Urat Syaraf

Sepak bola | 18 Juni 2024, 05:30 WIB
Suporter Albania mengibarkan bendera Tentara Pembebasan Kosovo (UCK) jelang pertandingan Grup B Piala Eropa 2024 antara Italia vs Albania di Dortmund, Jerman, Sabtu (15/6/2024). (Sumber: Martin Meissner/Associated Press)

DORTMUND, KOMPAS.TV - Federasi Sepak bola Eropa, UEFA, resmi mendakwa federasi sepak bola Albania (FSHF) sehubungan perilaku suporter selama gelaran Piala Eropa 2024 atau Euro 2024. Salah satu dakwaan UEFA terkati "pesan provokatif" suporter dalam pertandingan Italia vs Albania pada Sabtu (15/6/2024) lalu.

Pada Minggu (16/6), UEFA menyatakan bahwa FSHSF akan menghadapi proses disipliner terkait empat dakwaan.

Keempat dakwaan tersebut adalah pesan provokatif, pelemparan benda-benda ke lapangan, penggunaan kembang api, dan penyerbuan suporter ke lapangan pertandingan.

UEFA tidak merinci pesan apa yang dimaksud "provokatif", sebatas menyatakan bahwa dakwaan tersebut terkait "penyebaran pesan provokatif yang tidak layak untuk acara olahraga."

Baca Juga: Daftar 5 Pemain Termuda di Euro 2024: Lamine Yamal Cetak Rekor Baru

Menurut pantauan Associated Press, sejumlah suporter Albania mengibarkan bendera Tentara Pembebasan Kosovo (UCK) dalam laga kontra Italia. UCK merupakan pasukan separatis etnis Albania berperang melawan Serbia dalam Perang Kosovo 1998-1999.

Suporter Albania juga terpantau mengibarkan bendera yang memuat peta Albania Raya, konsep negara Albania yang turut memasukkan wilayah Lembah Presevo di Serbia, selatan Montenegro, barat laut Yunani, hingga wilayah barat Makedonia Utara.

Sejarah konflik Albania-Serbia yang penuh darah

Timnas Albania dan Serbia tergabung dalam grup yang berbeda di Euro 2024. Namun, hal ini tidak menghindarkan perang urat syaraf dan konflik antara suporter Albania dengan Serbia.
Pada Minggu (16/6) lalu, kericuhan antara suporter Serbia dan Inggris di Gelsenkirchen, Jerman diduga diawali dengan serangan suporter Albania ke suporter Serbia.

Menurut laporan Evening Standard, sejumlah saksi mata menyatakan sejumlah suporter Albania menyerang sekelompok suporter Serbia, kemudian suporter Inggris terjebak dan terlibat kericuhan.

Albania dan Serbia sendiri memiliki sejarah permusuhan yang panjang. Konflik Albania-Serbia modern diyakini bermula saat pengusiran besar-besaran etnis Albania ketika pembentukan Kerajaan Serbia pada 1877-1878.

Kekerasan terus berlanjut saat Perang Balkan Pertama (1912-1913), Perang Dunia Pertama (1914-1918), dan Perang Dunia Kedua (1939-1945).

Pada 1912, etnis Albania meluncurkan revolusi di Kosovo yang saat itu dikuasai Kesultanan Turki Utsmani. Namun, Utsmani kemudian terusir oleh serangan pasukan Serbia, Montenegro, dan Bulgaria. Setidaknya 50.000 warga Albania dibantai oleh tentara Serbia dalam Perang Balkan Pertama.

Usai pecahnya Yugoslavia, pasukan Serbia kembali berperang dengan etnis Albania dalam Perang Kosovo. Perang ini menewaskan 8.676 warga sipil di pihak Kosovo-Albania dan 1.641 warga sipil di pihak Yugoslavia (kini Serbia).

Permusuhan antara Albania dengan Serbia pun berlanjut hingga abad 21 dan merembet hingga lapangan hijau. Pada 2016 lalu, pertandingan Serbia vs Albania dalam kualifikasi Euro 2016 terpaksa dibatalkan UEFA dan Albania ditetapkan menang WO melalui sidang Court of Arbitration for Sport (CAS).

Pertandingan Serbia vs Albania di Beograd tersebut diwarnai kericuhan di dalam dan luar pertandingan. 

Saat pertandingan, sekelompok suporter Serbia berseru "Ubij, ubij Šiptara" (Bunuh, bunuh Albania). Sebuah drone kemudian masuk ke lapangan dan mengibarkan spanduk Albania Raya di lapangan.

Pemain Serbia, Stefan Mitrovic berusaha merebut spanduk itu dari drone yang masuk ke lapangan. Pemain Albania, Bekim Balaj kemudian merebut spanduk tersebut.
Kericuhan pun pecah di lapangan dan sekelompok suporter Serbia menyerbu masuk. Sejumlah pemain Albania mengalami luka ringan dalam insiden ini.

Baca Juga: Demi Hindari Kerusuhan di Piala Eropa, Polisi Jerman Sarankan Suporter Inggris Konsumsi Ganja Saja

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press, Evening Standar


TERBARU