Ricuh Kanjuruhan Malang jadi Tragedi Sepak bola dengan Jumlah Korban Terbanyak Setelah Peru 1964
Kompas sport | 2 Oktober 2022, 09:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Jumlah korban tewas akibat tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam, dilaporkan telah bertambah.
Saat ini jumlah korban tewas dilaporkan setidaknya 129 orang.
Jumlah tersebut membuat insiden pada laga Arema FC vs Persebaya menjadi tragedi paling berdarah di sepak bola Indonesia.
Selain itu, membuat insiden tersebut menjadi yang paling banyak kedua merenggut korban jiwa.
Baca Juga: Biaya Gratis untuk Korban Luka Tragedi Kanjuruhan, Ditanggung Pemkab Malang dan Arema FC
Namun, tragedi yang paling memilukan dan merenggut lebih banyak korban jiwa sepanjang sejarah terjadi 58 tahun lalu, yang membuat lebih dari 300 orang tewas.
Tepatnya pada 26 Mei 1964, di Stadion Nasional Lima, Peru, saat laga antara Peru melawan Argentina pada kualifikasi Olimpiade.
Ketia itu, 40.000 penonton di stadion mengamuk enam menit sebelum pertandingan berakhir.
Saat itu, Peru tengah tertinggal 0-1 dai Argentina dan wasit asal Uruguay menganulir gol penyama kedudukan tuan rumah.
Pendukung yang marah mendobrak penghalang dan mengerumuni lapangan.
Dikutip dari The Guardian, ratusan penonton remuk terinjak-injak saat kerumunan yang panik menyerbu ke arah pintu keluar untuk menghindari polisi, gas air mata dan anjing.
Dalam kerusuhan itu, anak-anak dan perempuan terlempar ke tanah, tetapi massa yang tak terkendali terus berdatangan.
Beberapa orang mendobrak bagian pagar kawat yang mengelilingi lapangan dan membakar bangku-bangku serta teras.
Sebagian massa membakar bus dan mobil, tetapi berhamburan ketika polisi menunggang kuda, yang menjadi bala bantuan untuk polisi stadion yang kalah jumlah muncul.
Baca Juga: Pengamat Khawatir Tragedi di Kanjuruhan Pengaruhi Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U20
Penangkapan dalam jumlah banyak pun dilakukan.
Jumlah korban tewas pun diperkirakan mencapai 320 orang,
Pemerintah Peru pun kemudian mengeluarkan dekrit hari berkabung nasional.
Mereka pun mengumumkan bakal membayar semua kebutuhan untuk pemakaman.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : The Guardian