Achmad Nawir, Seorang Dokter dan Kapten Hindia Belanda di Piala Dunia 1938
Sepak bola | 9 September 2022, 06:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Achmad Nawir merupakan salah satu legenda sepak bola di Indonesia, seorang dokter yang juga menjadi kapten Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938.
Meski bernama Hindia Belanda, Timnas Indonesia diakui sebagai negara Asia pertama yang mentas di ajang Piala Dunia.
Saat itu, Hindia Belanda mendapat durian runtuh ketika lolos Piala Dunia 1938 ketika Jepang mengundurkan diri dari babak kualifikasi.
Jepang memilih mundur karena mereka fokus berperang melawan China.
Meski begitu, lolosnya Hindia Belanda tidak dibarengi dengan sejumlah masalah yang ada. Salah satunya adalah dualisme asosiasi.
Dikutip dari Kompas.com, ada tiga asosiasi sepak bola yang sudah berdiri di Tanah Air kala itu.
Ketiganya adalah Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik bangsa Tionghoa dan Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI) milik pribumi.
Untuk lebih muda dalam hal pengorganisasiannya, dibentuklah kerja sama antara NIVU dan PSSI dalam perjanjian Gentlemen’s Agreement pada tanggal 15 Januari 1937.
Namun, dalam proses pembentukan tim yang akan dikirim ke Piala Dunia 1938, NIVU bertindak secara sepihak. Mereka mengirim tim bentukannya sendiri tanpa adanya pembicaraan lebih dulu dengan PSSI.
Baca Juga: Piala Dunia 1994 - Kesengsaraan Roberto Baggio di Rose Bowl
Alhasil, skuad Hindia Belanda untuk Piala Dunia 1938 saat itu banyak diisi oleh pemain keturunan Belanda.
Namun di antara dominasi pemain keturunan Belanda itu, ada sosok pemain pribumi bernama Achmad Nawir.
Tak hanya sebagai pemain biasa, Achmad Nawir merupakan kapten Hindia Belanda yang ditunjuk oleh pelatih Johannes Christoffel Jan Mastenbroek.
Dengan dipimpin Achmad Nawir, skuad Hindia Belanda berangkat ke Prancis yang saat itu dipilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 1938.
Laga pertama Indonesia di Piala Dunia digelar pada 5 Juni 1938 di Stadion Velodrome (sekarang bernama Auguste Delaune) melawan Hungaria.
Laga tersebut menjadi sorotan puluhan ribu warga setempat yang ingin menjadi saksi negara Asia yang tampil Piala Dunia.
Pertandingan tersebut juga terkenal karena kedua kapten tim, yakni Achmad Nawir (Hindia Belanda) dan Gyorgi Sarosi (Hongaria) adalah seorang dokter.
Khusus Achmad Nawir, penampilannya berbeda dengan para pemain lain karena kacamata yang menghiasi wajahnya.
Achmad Nawir pun tercatat sebagai pemain berkacamata pertama yang tampil di putaran final Piala Dunia sebelum Edgar Davids (1998).
Baca Juga: Kisah Tragis Moacir Barbosa, Kalah di Piala Dunia 1950, Dicap Kambing Hitam Brasil Seumur Hidup
Sayangnya, perjalanan Achmad Nawir dkk di Piala Dunia 1938 tidak panjang. Mereka langsung gugur karena kalah 0-6 dari Hongaria, yang akhirnya menjadi runner-up di akhir kompetisi.
Saat itu, Piala Dunia memang menggunakan sistem knock out. Tim yang kalah otomatis terlempar dari persaingan.
Profil Achmad Nawir
Menurut akun Twitter PSSI, sebelum berkarier sebagai pesepak bola, Achmad Nawir merupakan mahasiswa kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya sejak 1929.
Setelah menjadi pesepak bola, pria kelahiran tahun 1911 ini lalu menjadi salah satu gelandang andalan di klub Houd Braef Stand (HBS) Surabaya.
Berkat penampilan apiknya di HBS Surabaya, Achmad Nawir lolos seleksi untuk bermain bersama Hindia Belanda di Piala Dunia 1938.
Setelah bermain di Piala Dunia 1938, Achmad Nawir kembali ke Surabaya untuk melanjutkan studinya.
Setahun berselang tepatnya pada 1929, Achmad Nawir resmi menjadi dokter.
Hingga pendudukan Jepang pada 1942, Achmad Nawir mampu menjalani profesi dokter sekaligus pesepak bola secara bersamaan.
Namun saat Jepang berkuasa di Indonesia, kompetisi sepak bola di tanah air harus terhenti.
Achmad Nawir lantas turut ikut berjuang di medan perang sebagai tim medis dan membantu untuk menyelamatkan nyawa banyak orang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Achmad Nawir mendirikan klinik rawat inap di Surabaya. Pahlawan sepak bola Indonesia itu diketahui tutup usia pada tahun 1995.
Baca Juga: Lima Momen Tak Terlupakan di Piala Dunia: Gordon Banks, Diego Maradona hingga Zinedine Zidane
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.com