Kisah Tragis Mantan Bintang PSG Jean Pierre Adams yang Meninggal Dunia Usai Koma 39 Tahun
Kompas sport | 7 September 2021, 17:49 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Mantan bintang Paris Saint Germain (PSG) Jean Pierre Adams meninggal dunia setelah koma selama lebih dari 39 tahun.
Dalam sebuah pernyataan, PSG mengumumkan bahwa Jean Pierre Adams telah meninggal Senin (3/9/2021) kemarin pada usia 73 tahun.
"Paris Saint-Germain hari Senin 6 September ini, kehilangan salah satu mantan pemainnya yang besar. Bek Rouge et Bleu dan tim nasional Prancis, Jean-Pierre Adams, mengenakan seragam Parisien dari 1977-1979," tulis pernyataan resmi PSG.
Lantas bagaimana kisah Jean Pierre Adams yang harus menerima nasib tragis yang alami koma 39 tahun sebelum kematiannya?
Bermaksud menjalani operasi lutut untuk menyembuhkan cedera, nasib tragis malah dialami mantan bintang Paris Saint-Germain (PSG), Jean Pierre Adams.
Operasi lutut yang dilakukan tersebut merupakan operasi rutin biasa namun malah membuatnya jatuh lemah tak berdaya.
Dosis anestesi yang diberikan oleh ahli sebagai prosedur menjalani operasi, justru membuat mantan pemain timnas Prancis itu koma.
Hingga 39 tahun berselang, sang defender masih dalam kondisi vegetatif yang panjang. Sang istri, Bernadette masih setia menunggu dan menemani Adams hingga sekarang.
Adams lahir di Dakar, Senegal pada tahun 1948 dan pindah ke Prancis pada usia 10 tahun.
Pada 1970an, Adams memulai karir sepak bola profesionalnya bersama Nimes.
Baca Juga: Eks Penyerang Liga Indonesia Christian Lenglolo Meninggal Dunia, Klub Tanah Air Berduka
Sebelum menjadi pesepak bola profesional, ia hanya bekerja di pabrik karet dan bermain sepak bola di kompetisi amatir sebelum pemandu bakat menemukan potensi Adams.
Dalam beberapa musim, Adams berhasil menjadi pemain utama di Gard membantu timnya bersaing di perburuan gelar liga.
Pada musim 1972-73, Nimes mampu finis kedua di Divisi Pertama dan mencapai semifinal Piala Prancis - yang merupakan era emas bagi klub.
Adams, yang mempunyai julukan 'The Black Rock', mendapatkan panggilan pertama Timnas Prancis pada 1972.
Setahun setelahnya, ia dilego ke OGC Nice menjelang musim 1973-74. Pemain spesialis tengah itu menghabiskan empat tahun di Cote d'Azur dan mencatatkan 144 pertandingan untuk tim.
Selama karirnya di Timnas Prancis, Adams mempunyai 22 caps untuk Les Bleus.
Dia merupakan pasangan legenda Prancis Marius Tresor antara 1972-76.
Manajer Prancis pada saat itu Stefan Kovacs menjuluki duo pemain itu 'The Black Guard', setelah penampilan mengesankan mereka yang mampu membungkam tim kuat Polandia.
Namun, terlepas dari kehebatan pertahanan mereka, tim Prancis gagal mencetak prestasi.
Tahun itu adalah periode kekecewaan bagi tim nasional, yang gagal lolos ke Kejuaraan Eropa pada tahun 1976. Tahun itu adalah penampilan terakhir Adams untuk negaranya dalam laga persahabatan melawan Denmark.
Baca Juga: Diego Maradona Meninggal Dunia, Warga Argentina Berduka
Pada usia 29 tahun, Adams menandatangani kontrak besar terakhirnya dalam sepak bola bersama PSG .
Dalam dua tahun berseraga tim ibu kota Prancis, ia tampil sebanyak 42 kali, mencetak dua gol, dan mengukuhkan namanya sebagai salah satu pemain terpenting dalam awal berdirinya klub.
Pujian tentang kemampuan Adams datang dari rekan satu tim internasional, termasuk gelandang ikonik Prancis Henri Michel.
Melansir dari The Sun, Michel menggambarkan Adams sebagai 'kekuatan alam, sangat kuat, penuh niat baik dan determinasi' untuk PSG.
Setelah pernah bermain singkat di klub Divisi 2 Mulhouse, ia mengakhiri karirnya dengan tim FC Chalon pada usia 33 tahun dengan sempat bermain dengan striker Polandia Josef Klose, yang merupakan ayah dari legenda Jerman Miroslav Klose.
Setelah mengalami cedera ligamen, Adams memeriksakan diri ke Rumah Sakit Édouard Herriot di Lyon pada 1982.
Dia dijadwalkan untuk menjalani operasi rutin dan segera meninggalkan rumah sakit apabila sudah sembuh.
Namun, rencana tersebut berakhir tragis ketika seorang ahli anestesi membuat kesalahan yang fatal dan memberi Adams dosis yang salah sebelum operasi.
Akibatnya, atlet yang sebelumnya sehat itu harus menderita bronkospasme yang membuat otaknya kekurangan oksigen.
Adams pun mengalami koma hingga di usia 73 tahun sebelum meninggal Senin kemarin.
Baca Juga: PSSI Berduka, Legenda Timnas Ricky Yacobi Meninggal Dunia
Pada 1990-an, akibat keteledorannya, pengadilan memutuskan bahwa baik ahli anestesi maupun peserta pelatihan diberi hukuman percobaan satu bulan, serta denda dengan nilai yang besar.
Beruntung, Adams memiliki Bernadette, istrinya yang tetap setia berada disampingnya untuk mengurus kebutuhan sang suami.
Adams tidak dapat berkomunikasi dan mengekspresikan emosi, tetapi dia masih bisa bernapas, merasakan, makan, dan batuk tanpa bantuan peralatan medis.
Mereka hidup dan tinggal di rumah di daerah dekat Nimes.
’’Orang-orang di Facebook mengatakan (selang) dia harus dicabut ... Tapi dia tidak dicabut! Saya hanya tidak memiliki keberanian untuk berhenti memberinya makanan dan air,’’ ucap Bernadette.
’’Dia memiliki rutinitas normal. Dia bangun jam 7, makan ... Dia mungkin dalam kondisi vegetatif, tapi dia bisa mendengar dan duduk di kursi roda.’’
Meski Bernadette masih setia menunggu Adams, ada saran yang diberikan untuk mengakhiri penderitaan suaminya melalui eutanasia.
Saran tersebut adalah saran yang tidak disukai Bernadette dan dia menentang eutanasia serta menolak untuk menyerah demi Jean-Pierre.
Meski Bernadette kukuh dengan pendiriannya, mantan kolega Adams, Tresor mengaku tidak setuju dengan pilihan Bernadette.
’’Bahkan jika Jean-Pierre bangun, dia tidak akan mengenali siapa pun. Jadi apakah layak hidup seperti ini?"
"Jika hal serupa terjadi pada saya, saya mengatakan kepada istri saya untuk tidak menahan saya di sini," tutur Tresor.
Baca Juga: Mantan Pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl Meninggal, PSSI Ikut Berduka Cita
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Fadhilah
Sumber : The Sun