Izin Sekolah Tatap Muka di Luar Zona Hijau, Jadi Angin Segar?
Politik | 27 Juli 2020, 17:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pemberian izin pemerintah untuk aktivitas belajar mengajar secara tatap muka di luar zona hijau Covid-19 menjadi angin segar.
Sebelumnya, aktivitas belajar tatap muka hanya diizinkan untuk sekolah yang berada di zona hijau. Sementara untuk sekolah di luar zona hijau, seperti zona kuning dan merah, pemerintah hanya mengizinkan untuk aktivitas sekolah secara online.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, dalam jumpa pers usai rapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengatakan pemerintah akan memberi izin penyelenggaraan sekolah tatap muka di luar zona hijau Covid-19.
Menurutnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memiliki langkah-langkah untuk pemberian izin aktivitas belajar mengajar secara tatap muka untuk sekolah yang berada di luar zona hijau.
"Mungkin tidak lama lagi akan diumumkan, daerah-daerah yang selain zona hijau itu juga akan diberikan kesempatan melakukan kegiatan belajar tatap muka," kata Doni, dikutip dari Kompas.com, Senin (27/7/2020).
Baca Juga: Doni Monardo: Kemendikbud Akan Beri Izin Sekolah Tatap Muka di Luar Zona Hijau
Meski diputuskan akan diberikan izin untuk menggelar aktivitas belajar mengajar secara tatap muka, namun Doni menegaskan, hal ini dilakukan secara terbatas.
Penjelasannya, jumlah siswa yang hadir dalam dibatasi, durasi belajar di kelas juga dipersingkat.
Keputusan pemerintah ini didasari, banyaknya siswa di daerah yang kesulitan belajar secara online karena sulitnya sinyal internet di wilayahnya.
Doni memuji berbagai kebijakan dan kreativitas di daerah yang menyesuaikan keadaan agar tidak menggelar aktivitas belajar secara tatap muka.
"Beberapa daerah yang telah berinisiatif menggunakan radio panggil sebagai sarana pembelajaran oleh guru. Tentunya kita berikan apresiasi karena tidak ada rotan, akar pun jadi," ujar Doni.
Doni mengapresiasi kreativitas yang berkembang agar aktivitas belajar mengajar tetap ada, meski dilakukan dengan segala keterbatasan.
Baca Juga: Kisah Siswa Tak Punya Gadget, Pilih Belajar Sendiri di Sekolah
Berbagai Kesulitan Siswa di Tengah Pandemi
Keputusan pemerintah untuk memberikan izin sekolah tatap muka di luar zona hijau memberikan angin segar untuk berbagai permasalah yang mendera sekolah dan siswa selama pandemi Covid-19.
Berbagai kesulitan di daerah mengemuka saat mencoba menyesuaikan diri untuk tidak menggelar aktivitas belajar mengajar secara online.
Beberapa contohnya sebagai berikut.
1. Nekat Bersekolah karena Tak Punya Handphone
Dimas Ibnu Alias, siswa SMP Negeri 1 Rembang, Jawa Tengah. Dia terpaksa melanggar aturan bersekolah secara online.
Dia seorang diri mendatangi sekolah untuk mendapatkan pengajaran. Pasalnya, dia tidak bisa mengikuti aturan belajar secara online karena tidak memiliki smartphone.
Orangtuanya pun tak mampu untuk membelikannya smartphone.
Kesulitan yang dihadapi Dimas, diketahui oleh Kepala SMPN I Rembang Isti Chomawati. Setelah melalui berbagai pertimbangan, sekolah mengeluarkan kebijakan khusus mengizinkan Dimas belajar tatap muka di sekolah.
Tak hanya Dimas, SMPN 1 Rembang mempersilakan siswa lain yang bernasib sama dengan Dimas.
Isti memastikan aktivitas belajar tatap muka terhadap Dimas atau siswa lainnya akan tetap menerapkan protokol kesehatan.
2. Naik Gunung Demi Sinyal Internet
Suhartina (17) asal Desa Pulo Madu, Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Sulawesi.
Pelajar SMK Putra Bangsa Bulukumba dan tinggal di asrama sekolah. Saat pendemi virus corona, dia harus pulang ke kampung halamannya.
Di desanya sinyal internet sangat tidak memadai. Dia terpaksa naik gunung untuk mencari sinyal saat ujian sekolah secara online.
Suhartina tidak sendirian, ada beberapa pemuda lainnya harus turun naik gunung untuk mendapatkan sinyal yang bagus.
Untuk menuju ke sana bisa ditempuh dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan bermotor sekitar 10 menit dari Desa Pulo Madu. Apalagi, akses jalan kurang begitu memadai, masih banyak ditemui jalanan rusak parah.
Sulitnya sinyal di Desa Pulo Madu, sudah dialami warga jauh hari sebelum pandemi virus corona.
Kegiatan mencari sinyal tak hanya dilakukan siang hari tapi juga malam hari. Malah semakin malam, orang yang mencari sinyal makin ramai.
"Dukanya ya karena banyak nyamuk dan takut, tapi demi sekolah harus berupa memberanikan diri," tutur Suhartina.
3. Belajar di Rumah Guru
Sejumlah pelajar SDN 4 Muara Ciujung Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, Banten, juga kesulitan dengan kegiatan belajar mengajar secara online.
Mereka memilih mendatangi kediaman gurunya untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Guru SDN 4 Muara Ciujung, Heti, para orang tua siswa tidak mampu membeli smartphone dan paket internet.
Lagipula anak muridnya belum memahami penggunaan aplikasi belajar online. Sementara beberap siswanya masih dalam tahap belajar membaca dan berhitung.
Meski belajar secara tatap muka, Heti tetap menerapkan protokol kesehatan. Proses belajar mengajarnya dibatasi tujuh siswa per hari, dan tetap menggunakan masker.
4. Guru SLB Sambangi Murid
Di Grobogan, Jawa Tengah, seorang Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Agus Sampurna, terpaksa mendatangi satu per satu muridnya di kediaman masing-masing.
Ada sembilan siswanya yang secara bergantian harus disambangi Agus.
Menurutnya, kegiatan belajar mengajar secara online tidak bisa diikuti oleh semua siswanya.
Karena bagi penyandang tunanetra, proses pembelajaran tak hanya cukup penyampaian secara dialogis dan teroritis, baik guru maupun siswa harus ada interaksi langsung.
Orang tua siswa juga mengaku tak mampu mendampingi belajar secara daring, sebab pelajarannya tidak seperti pelajaran siswa para umumnya.
Setiap pertemuan Agus dan siswanya di rumah, Agus mengutamakan belajar menulis kalimat menggunakan huruf braille. Tak hanya belajar membaca dan menulis huruf braille, Agus juga mengajarkan hafalan surat - surat pendek Al Quran kepada siswa.
Penulis : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV