Fakta-fakta Erupsi Gunung Anak Krakatau, Dari Dentuman Hingga Tsunami
Berita kompas tv | 11 April 2020, 10:52 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono, mengungkapkan hasil analisis pihaknya terkait erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB.
Dari hasil analisis tersebut, terungkap sejumlah fakta setelah adanya aktifitas erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi sebanyak dua kali itu.
Rahmat mengatakan, hasil monitoring menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 hingga pagi 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.
Sementara itu, hasil monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten juga menunjukkan hal yang sama.
Baca Juga: Detik-detik Gunung Anak Krakatau Meletus
“Tidak ad anomali muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB,” kata Rahmat melalui keterangan resminya di Jakarta pada Sabtu (11/4/2020).
Karena tak ada perubahan muka laut, Rahmat memastikan, bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut tidak memicu terjadinya tsunami.
Lebih lanjut, hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
Dengan begitu, erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.
Namun, ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik oleh BMKG, di mana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya gempa di Selat Sunda.
Sensor seismik BMKG tersebut adalah (1) CGJI (Cigeulis, Banten), (2) WLJI (Wonosalam, Banten), (3) PSSM (Pematang Sawah, Lampung), (4) LLSM (Limau, Lampung), (5) KASI (Kota Agung, Lampung), (6) CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan (7) KLSI (Kotabumi. Lampung).
Menurut Rahmat, hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menujukkan telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4.
Adapun episenternya terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya G. Anak Krakatau pada kedalaman 13 kilometer.
Baca Juga: PVMBG: Suara Dentuman Bukan Berasal dari Erupsi Gunung Anak Krakatau
Sementara terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar sejak Jumat (10/4/2020) malam hingga Sabtu (11/4/2020) pagi pukul 06.00 WIB hasil monitoring BMKG
menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik dengan kekuatan signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4, tetapi gempa tersebut kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat.
“Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik,” kata Rahmat.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV