> >

Cerita Kesederhanaan Pengusaha Liem Sioe Liong: Sarapan Bubur dan Kursi Tua

Humaniora | 16 September 2024, 15:55 WIB
(Cover Buku Liem Sieo Liong karya Ganjar T (Sumber: Gramedia.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pengusaha Liem Sioe Liong adalah nama besar di bidang di bisnis di Indonesia. Akrab disapa Om Liem atau Sudono Salim (19 Juli 1916 – 10 Juni 2012), dialah pendiri Salim Grup, yang bergerak di bidang hasil bumi, industri makanan hingga bank.

Meski sudah meninggal lebih dari 10 tahun silam, namun cerita-ceritanya tetap menarik diungkap. Bukan saja soal kedekatannya dengan para pejabat tinggi Orde Baru kala itu, hingga Presiden Soeharto, tapi juga kisah-kisah pribadinya.

Dalam buku "Tawa dan Inspirasi Bisnis" karya wartawan Kompas Abun Sanda, tertuang kisah keseharian Om Liem. Diceritakan, Abun Sanda pernah diundang ke rumah sang konglomerat di rumahnya di kawasan Gunung Sahari Jakarta Pusat pada 1995 silam untuk sarapan.

"Rautnya cerah, senyumnya lebar. Ia menyambut tamunya hanya dengan mengenakan celana pendek," tulis Abun Sanda, yang kini sudah meninggal dunia.

Baca Juga: Hari Ke-2 Ngantor di IKN, Jokowi Undang Para Pengusaha Lokal

Pertemuan di rumah itu sebenarnya jarang dilakukan. Om Liem biasanya lebih sering mengajak bertemu para tamunya di kantornya di Gedung Indocement, Jalan Jenderal Sudirman Jakarta. Saat hadir, rupanya Om Liem mengajak makan bubur polos, asinan sayuran, telur rebus dan ikan teri.

"Ia makan dengan lahap, menggunakan mangkok kecil dan sumpit hitam. Setelah sarapan istimea itu, ia minum Chinese Tea," lanjut Abun.

Setelah sarapan, Abun diajak ke ruang tamu. Di situ terdapat beberapa sofa kulit. Meski terlihat terawat baik, namun nampak jelas juga bahwa sofa-sofa itu bukan yang terbaru. Bahkan di bebeapa bagian tampak warnanya sudah kusam. Om Liem bisa menangkap keheranan tamunya terhadap konglomerat besar.

"Kursi itu memang sudah tua, tetapi aduh untuk apa diganti? Masih empuk," katanya.

Om Liem kemudian minta waktu sebentar untuk cukur rambut. Rupanya ada tukang cukur langganan yang sudah belasan tahun mencukur rambutnya. 

Baca Juga: Ramai-Ramai Pengusaha Rental Mobil Blacklist Penyewa Asal Pati, Jadi Zona Merah Sejak Lama

Om Liem yang pada tahun 1990-an bisnisnya ikut mempengaruhi perekonimian Indonesia, dalam keseharian tidak tampak seperti bos besar dengan segala kemewahannya. Bahkan, bila sedang di rumahnya di Jakarta, cerita Abun Sanda, banyak orang datang minta bantuan kepadanya.

Tidak heran bila di kalangan pengusaha Tionghoa di Indonesia, Om Liem dijadikan kepala suku'.  Sebab apa yang disampaikan Om Liem akan dipatuhi para koleganya. Termasuk disegani karena dekat dengan Presiden Soeharto.

Karena itu, Om Liem pernah menyatakan keheranan kala banyak orang melihatnya saat sudah mencapai kesuksesan. Padahal, menurut pengakuannya, dia mencapai tingkat saat itu karena berjuang dari bawah sejak datang dari tanah leluhurnya di Futsing, Hokkian, Cina Selatan di awal abad ke 20.

Ia jatuh bangun dalam bisnis, menaruh respek saat kawannya sudah mencapai sukses dan ia bersabar saat banyak kawannya mencibir.

Pasca kerusuhan Mei 1998, Om Liem lebih banyak menetap di Singapura. Tak dijelaskan alasannya mengapa meninggalkan Indonesia yang membesarkannya, namun dari gerak tubuh bisa terbaca Liem Sioe Liong nama aslinya kecewa dengan kerusuhan yang memakan banyak korban, termasuk rumahnya yang dibakar.  

 

 

          

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU