Mengenang Tragedi 11/9: Suara Korban dari New York sampai Kampung Melayu
Peristiwa | 11 September 2024, 05:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Tanggal 11 September 23 tahun silam, tepatnya tahun 2001, menara kembar World Trade Centre (WTC) di Amerika Serikat (AS) diserang.
Dua pesawat sengaja menabrak gedung pencakar langit itu hingga menewaskan kurang lebih 3.000 nyawa. Korban termuda adalah Christine Lee Hanson yang berusia dua tahun, yang tewas di salah satu pesawat bersama orangtuanya Peter dan Sue.
Tertua adalah Robert Norton yang berusia 82 tahun, yang berada di pesawat lain bersama istrinya Jacqueline, dalam perjalanan menuju sebuah pesta pernikahan.
Al- Qaida pimpinan Osama Bin Laden dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab. Pemerintah AS pun melakukan pencarian besar-beseran dan terus memburu jaringan Al-Qaida di seluruh dunia. Hingga menggulingkan pemerintahan Afganistan.
Baca Juga: BMKG: 26 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 10-16 September 2024, Ini Penyebabnya
Osama akhirnya tewas di tangan tentara AS pada Mei 2011 saat dipimpin Presiden Barack Obama.
Namun setelah peristiwa 11/9 itu, Indonesia ternyata juga menjadi sasaran teror kelompok teroris. Sebutlah peristiwa Bom Bali I (Oktober 2002) dan Bom Bali II (Oktober 2005). Kemudian bom kedutaan Besar Australia (September 2004), Bom Hotel JW Mariot (Juli 2009), Bom Thamrin (Januari 2016), Bom Kampung Melayu (Mei 2017) dan Bom Surabaya (Mei 2018), Bom Astanaanyar Bandung (Januari 2022).
Banyak korban tak berdosa atas peristiwa itu. Para korban yang sama sekali tak mengenal para pelaku itu, ada yang cacat seumur hidup, hingga kematian. Banyak pula di antara para korban yang kehilangan anak, suami, isteri dan saudara.
Salah satu korban bom Kampung Melayu bernama Susi Afitriani, misalnya, bahkan sampai sekarang tidak bisa menggerakan tangan kanannya secara sempurna karena terkena ledakan.
"Bagian belakang tangan kanan saya bolong," katanya saat memberikan kesaksian di acara yang diadakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) yang diikuti KompasTV, Minggu (8/9/2024).
Para korban memang seringkali terabaiakan dalam kasus terorisme. Untuk mengenang para korban, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) berkolaborasi dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan The United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyelenggarakan Hari Peringatan dan Penghormatan Internasional untuk Para Korban Terorisme atau International Day of Remembrance of and Tribute to the Victims of Terrorism tahun 2024 bertajuk 'Voice for Peace: Victims of Terrorism as Peace Advocates and Educators' di Museum Nasional Penanggulangan Terorisme Adhi Pradhana Sentul pada Rabu, 21 Agustus silam.
Menurut Kepala BNPT Komjen Pol Mohammed Rycko Amelza Dahniel, suara korban memiliki kekuatan untuk menggugah kesadaran dan memupuk harapan baru.
Baca Juga: Teror Bom Molotov Kembali Terjadi di Rumah Sekretaris PWNU Lampung, Terekam CCTV
"Suara korban adalah credible voices, suara mereka dapat menggugah kesadaran dan memupuk harapan baru," ucap Rycko.
Sementara itu, United Nations Resident Coordinator (UNRC) untuk Republik Indonesia, H.E. Gita Sabharwal menyampaikan bahwa inti dari peringatan ini adalah kehadiran korban terorisme yang sekaligus menjadi simbol kesiapan bersama untuk mendorong ketahanan ideologi.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV