> >

Dua Cerita Partai Golkar: 1992 Ketum Diganti karena Suara Turun, 2024 Ketum Mundur saat Suara Naik

Politik | 13 Agustus 2024, 13:30 WIB
Eks Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat diwawancari bersama eks Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka (kanan) setelah makan siang bersama di Loji Gandrung, Kota Surakarta, Jawa Tengah, 6 Februari 2023. (Sumber: Nino Citra Anugrahanto/Kompas.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Partai Golkar memang partai lama dan punya sejarah panjang di republik ini. Tidak heran bila naik dan turunnya partai yang diidentikan dengan pohon beringin ini, menjadi sorotan publik.

Ketika belum menjadi partai, Golkar adalah penopang kekuatan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Maka ketika perolehan suaranya turun, Pak Harto pun tidak senang bahkan marah.

Peristiwa itu terjadi pada 1992, ketika ketua umum Golkar dijabat Wahono. Perolehan suara merosot tajam, yakni pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1992.

"Di bawah kepemimpinan Wahono, suara Golkar turun tajam dari 73% tahun 1987 menjadi 68% tahun 1992," kata William Liddle, pengamat politik dari Ohio University, AS, dalam bukunya "Islam, Politik dan Modernisasi" (terbitan Sinar Harapan, 1997).

Baca Juga: Idrus Marham Sebut Tidak Ada Intervensi terhadap Golkar Terkait Mundurnya Airlangga

Menurut Liddle, Wahono ditegur atas kesalahannya. Pak Harto menegur dalam sebuah pidato yang sebenarnya jarang dilakukan secara publik terhadap para pembantunya.

Gara-gara itulah, Wahono diganti oleh Harmoko pada 1993.

Mengapa Pak Harto sampai marah? Liddle memberi analisa bahwa Pak Harto perlu memastikan bahwa dia memiliki inti grup yang punya kendali terhadap golongan-golongan dan birokrasi.

"Dia harus yakin akan kesetiaan pribadi anggota-anggota grup ini, karena mereka adalah pelaksana-pelaksana kunci untuk terpilih kembali dirinya sebagai presiden di sidang MPR tahun 1998," kata Liddle. 

Namun pada 2024, Ketua Umum  Partai Golar Airlangga Hartarto justeru mundur saat partai ini punya prestasi. Selain suaranya naik, juga berhasil membawa pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden.

Dalam pernyataan pribadinya yang disebarkan lewat video, Minggu (11/8/2024), Airlangga mundur sambil membanggangakan raihannya.

"Partai Golkar sejauh ini telah menjadi kebanggaan kita semua serta menjadi kekuatan terdepan demokrasi Indonesia. Dalam Pileg 2024, kita telah bersama-sama menaikkan pencapaian partai kita dengan merebut 102 kursi DPR RI, serta ratusan, bahkan ribuan kursi parlemen di berbagai tingkat pemerintahan dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Baca Juga: Hari Ini, Partai Golkar Gelar Rapat Pleno Pemilihan Plt Ketum Pengganti Airlangga

Bukan hanya itu, "Dalam Pilpres lalu, kita juga berhasil memberi kontribusi besar dalam kemenangan pasangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka. Mereka akan melanjutkan kepemimpinan negara untuk semakin mempercepat lagi langkah kita dalam memajukan seluruh bangsa Indonesia," tambah Airlangga.

Lalu apa yang membuat Airlangga Hartarto mundur dari posisi Ketua Umum Partai Golkar? 

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU