> >

Pengamat Ungkap 4 Faktor Bobby jadi Pilihan Rasional di Pilgub Sumut Dibanding Edy, Ijeck dan Ahok

Rumah pemilu | 29 Mei 2024, 07:20 WIB
Kolase mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Wali Kota Medan Bobby Nasution. Keduanya didorong untuk maju di Pilgub Sumut 2024. (Sumber: Tribunnews.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Keputusan Partai Golkar, Partai Gerindra dan PAN mendukung Wali Kota Medan Bobby Nasution sebagai bakal calon gubernur Sumatera Utara (Sumut) di Pilkada Serentak 2024 dinilai rasional. 

Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Warjio menjelaskan, ada sejumlah faktor yang membuat partai-partai itu secara rasional memilih mendukung Bobby. Pertama, faktor rekam jejak.

Menurut Warjio, Bobby punya nilai plus karena pembangunan kota Medan yang saat ini sedang berjalan mendapat respons positif dari warga Kota Medan.  

Kedua, tren suara Pileg 2024. Warjio menjelaskan, dalam Pileg 2024, elit partai berusaha meyakinkan pemilih dengan menyodorkan siapa-siapa saja calon kepala daerah yang akan diusung di Pilkada 2024 nanti. 

Partai Golkar misalnya, sudah membuka pintu untuk Bobby bergabung dan siap mengusung menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu di Pilgub Sumut 2024. 

Baca Juga: Menanti Ahok Bakal Maju Tantang Bobby di Pilgub Sumut 2024

"Bobby bersama dengan Gerindra dengan Golkar secara infrastruktur politik punya psikologi yang kuat hasil dari kemenangan Pileg 2024. Birokrasi di tingkat pusat bahkan sampai di kabupaten Sumut banyak dikuasai oleh infrastruktur yang punya aliran kuat dengan partai Golkar ataupun Gerindra," ujar Warjio di program Sapa Indonesia Pagi, Selasa (28/5/2024).

Ketiga, pemilih di Sumut. Wajio menjelaskan, sekarang ini, pemilih di Sumut hampir mencapai 60 persen bersumber dari pemilih pemula dan generasi muda. 

Jika dibandingkan dengan bakal calon kepala daerah yang ingin maju di Pilgub Sumut, seperti mantan gubernur dan wakil gubernur Sumut Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Ijeck) hingga Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tentu Bobby yang lebih mencerminkan sosok generasi muda yang berpotensi dipilih oleh para pemilih pemula. 

"Kalau kita bandingkan siapa kira-kira calon yang representasinya untuk pemilih pemula tentu bisa di jawab ya Bobby. Sementara Edy Rahmayadi bahkan Ahok sekalipun tidak merepresentasikan itu (pemimpin muda). Bagi anak muda itu kan terkesan old dan dianggap belum bisa mengikuti perkembangan mereka," ujar Warjio 

Keempat basis pemilih. Warjio menambahkan, selain tingginya pemilih pemula, peta pemilih juga penting untuk disikapi. 

Baca Juga: Peluang Ahok Lawan Bobby di Pilgub Sumut 2024: Gerindra Siap, PDI-P Tunggu Survei

Di Pilgub 2018, kantong suara Edy Rahmayadi didominasi pemilih beragama Islam, terutama di pantai timur.

Kemudian di Pantai Barat, pemilih dikuasai oleh Sihar Sitorus yang menjadi wakil dari Djarot Saiful Hidayat.

Daerah lain seperti Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat mayoritas pemilihnya juga berbasis agama.

Menurut Warjio, jika Edy dipasangkan dengan Ahok, maka akan sulit merebut basis pemilih Islam. 

"Pilihan politik mayoritas di Sumut tidak bisa dipisahkan dalam konteks basis beragama. Ini menjadi sebuah kunci siapapun yang meyakini suatu potensi," ujarnya. 

"Ingat masyarakat Sumut masih punya dampak hasil Pilkada 2017 di DKI Jakarta. Apa buktinya? ya Pilgub Sumut di 2018 lalu. Waktu itu Djarot-Sihar head to head dengan Edy-Ijeck. Jadi (Pilkada DKI) memang memberi berdampak pada pilihan politik masyarakat Sumut. Ini akan menjadi poin penting," sambung Warjio. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU