Megawati di Rakernas V PDIP: Persiapkan Pilkada, Jaring Calon yang Setia dan Tidak Bohong
Politik | 27 Mei 2024, 05:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri meminta kader-kader partai untuk bersiap bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 dan menjaring calon-calon pemimpin yang setia dan tidak berbohong.
Ia mengatakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP membahas seluruh aspek strategis terkait pilkada.
“Rakernas V ini telah membahas seluruh aspek strategis terkait pilkada,” ucapnya saat berpidato dalam penutupan Rakernas V PDIP di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Minggu (26/5/2024), dipantau dari siaran YouTube Kompas TV.
“Persiapkanlah pilkada dengan sebaik-baiknya, jaringlah calon-calon pemimpin yang benar punya fighting spirit (semangat juang, red), berani menegakkan kebenaran, tidak berbohong, setia, memiliki karakter yang kuat, tidak hanya berpikir zona nyaman.”
Di samping itu, calon pemimpin dari PDIP, kata dia, juga harus mumpuni atau pintar secara intelektual.
“Lalu apa? Mumpuni. Mumpuni itu perlu lho. Mumpuni iku opo to (Mumpuni itu apa sih)? Pintar secara intelektual, tapi di sininya (perasaan) juga halus, gampang tersentuh begitu,” lanjutnya sambil memegang dada.
Baca Juga: Tangis Puan Saat Bacakan Penutupan Rakernas PDIP: Kepercayaan Rakyat Harus Dikembalikan
Ia kemudian menceritakan dirinya pernah menjadi sukarelawan di sejumlah tempat, mulai dari museum hingga yayasan difabel.
“Saya dulu sebelum masuk partai itu kehidupan saya bersosial. Saya lihat kayak apa ya, kayan anak-anak yang seperti anak-anak autis, begitu.”
“Iya kan, kasihan. Belum lagi sekarang karena apa? Orang tuanya tidak mengajarkan yang namanya budi pekerti, itu kan terjadi perundungan, bullying,” tuturnya.
Menurut Megawati, perundungan terjadi itu karena ibu dari pelaku kurang mendidik si anak. Ia pun memperingatkan para kader PDIP agar anak mereka tidak menjadi pelaku perundungan.
"Eh, ibu-ibu, rungokke (dengarkan, red), awas lho ya kalau dari PDI Perjuangan ada anak nanti saya dengar bikin bullying, merundung anak-anak orang lain. Kasih empati, beri budi pekerti, begitu lho. Jangan terus mau mejeng wae (saja), aduh gawat.”
“Tanamkan itu dari awal, sopan santun pada orang tua. Aduh itu sudah kayaknya kadang-kadang saya mikir ini dunia mana ini,” tambahnya.
Ia juga menyebut tantangan ke depan tidak mudah dan masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
“Jadi kalau sikap politik partai, tantangan ke depan tidaklah ringan, juga bagaimana beratnya pekerjaan rumah untuk membangun sistem hukum yang berkeadilan karena menurut saya, saya bilang hukum itu sekarang versus hukum.”
“Hukum yang mengandung kebenaran, berkeadilan, melawan hukum yang dimanipulasi, padahal ini hukum dan hukum. Ini kejadian di MK (Mahkamah Konstitusi), di KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), terus di KPU (Komisi Pemilihan Umum). Heran saya di KPU. Lho iya lho, nggak ngerti saya, kok bisa nurut begitu lho,” bebernya.
Baca Juga: Pidato di Penutupan Rakernas PDIP, Megawati Puji Gaya Soekarno Blusukan dengan "Mode Incognito"
Padahal, lanjut dia, KPU harusnya menerapkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber dan jurdil), dan netral.
“Eh nggak, aduh pusing dah. Bawaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum), mana ada saya dengar semprit, nggak ada. Kan mestinya sempritnya keras banget kan, prat prit, apalagi yang kemarin, mestinya prat prit prat prot, nggak ada. Sepi, sunyi sendiri. Haha bener apa nggak?”
“Jadi ayo dibenerin sudah. Supaya apa sih? Sebagai penopang sehatnya kehidupan demokrasi,” ajaknya.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV