> >

Vina, Setelah Film Ditayangkan (I): Pro-Kontra dan Jejak Kejahatan

Peristiwa | 18 Mei 2024, 05:00 WIB
Poster film Vina: Sebelum 7 Hari yang diadaptasi dari kisah nyata kasus pemerkosaan dan pembunuhan Vina di Cirebon pada 2016. (Sumber: Instagram/@deecompany_official)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Film Vina: Sebelum 7 Hari tengah membetot perhatian publik di tanah air. Sekitar 3 juta orang dilaporkan sudah menonton film ini dalam tempo sepekan sejak pertama kali ditayangkan di bioskop pada 8 Mei 2024.

Ceritanya yang menimbulkan pro dan kontra, terutama di dunia maya, dinilai turut membuat film ini semakin disorot.

Banyak yang menyesalkan adanya adegan-adegan kekerasan dan pemerkosaan dalam film tersebut. Sementara sebagian kalangan mempertanyakan empati kepada keluarga korban.

Film ini bercerita tentang Vina Dewi Arsita (dimainkan oleh Nayla Denny Purnama), seorang anak SMA yang tewas karena kekejaman geng motor di Cirebon, Jawa Barat.

Sebelum tewas, dia juga mengalami perundungan oleh teman-temannya. Pada Agustus 2016, dia tewas bersama kawan lelakinya, Eki. Awalnya disangka kecelakaan tunggal, tapi kemudian terungkap bahwa mereka merupakan korban pembunuhan.   

Baca Juga: Sambil Terisak, Ayah Pacar Vina Buka Suara soal Kasus Pembunuhan Anaknya: Saya Tak Diam

Produser film Vina: Sebelum 7 Hari, Dheeraj Khalwani atau K.K. Dheeraj, menolak anggapan adegan-adegan dalam filmnya sadis.

Ia mengatakan cerita hingga adegan dalam film itu sudah mendapatkan izin pihak keluarga dan sudah sesuai peristiwa yang dialami mendiang Vina.

Dheeraj menyebut mereka yang kontra, belum menonton filmnya.

"Masalah yang kontra, banyak dari mereka yang belum menonton filmnya," katanya dalam konferensi pers di kawasan Jakarta Barat, Kamis (16/5).

Menurut Dheeraj, film ini penting bagi pihak keluarga Vina, karena akan membuka kesadaran masyarakat. Sebab kasus yang terjadi di Cirebon pada 2016 silam itu, masih menyisakan tiga pelaku yang belum ditangkap. Padahal kasus ini terjadi hampir 8 tahun lalu.

Penjelasan Dheeraj pun diamini oleh pihak keluarga Vina.

“Saya setuju untuk dijadikan film sebelumnya (karena) hanya ingin lebih banyak doa untuk adik saya sendiri,” kata Marliana, kakak Vina, dalam jumpa pers di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan.

Marliana berharap film ini menjadi sebuah pembelajaran agar tak ada korban seperti adiknya.

“Sama seperti Pak Dheeraj, jangan ada Vina-Vina lain, cukup adik saya saja,” tuturnya.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Respons Rumor Buron Kasus Pembunuhan Vina Ada di Jakarta

Sementara sang sutradara, Anggy Umbara, mengungkapkan alasannya mau mengangkat kisah Vina menjadi sebuah film.

Anggy mengaku sudah mendengar kisah Vina pada 2016 lalu. Dia merasa geram dengan apa yang menimpa Vina serta bagaimana kasusnya berjalan.

Selain itu, dia rupanya juga memiliki kedekatan tersendiri dengan Kota Cirebon yang juga menjadi tempat kelahiran sang ayah.

"Karena saya juga punya kedekatan dengan Cirebon, bapak saya lahir di Cirebon," ucap Anggy, seperti dilansir Kompas.com.

"Jadi ketika ditawari, saya secara personal juga memang geram banget sama kasus ini," imbuhnya.

Sementara Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia Rommy Fibri Hardiyanto menilai film Vina merupakan film drama thriller dan crime yang tidak menampilkan unsur kesadisan dan ketelanjangan.

"Bagi LSF, film-film bertemakan kekerasan hanya dapat dipertunjukkan bagi penonton dewasa,” ungkap Rommy saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/5/2024).

Namun di balik pro dan kontra mengenai cerita dan adegannya, Vina: Sebelum 7 Hari justru mencuatkan kasus lama yang belum terungkap semuanya hingga saat ini.

Dari 11 pelaku pembunuh Vina, masih ada tiga orang yang belum ditangkap yaitu Andi, Dani dan Pegi alias Perong.

Kini aparat mulai menelisik kembali dan siap bergerak mencari sisa pelaku yang masih belum ditangkap.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU