Deret Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga: di Cinere Depok, Pakis Malang, dan Kini Penjaringan Jakut
Peristiwa | 12 Maret 2024, 09:02 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus bunuh diri satu keluarga kembali menjadi sorotan masyarakat beberapa waktu terakhir ini.
Hal tersebut muncul usai satu keluarga yang terdiri dari empat orang melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Tower Topas, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), Sabtu (9/3/2024).
Menilik kembali, sejatinya kasus bunuh diri yang dilakukan orang-orang satu keluarga bukan hanya kali ini terjadi.
Terdapat sejumlah kasus serupa pernah terjadi dan menggemparkan masyarakat.
Berikut sejumlah kasus bunuh diri satu keluarga yang pernah terjadi dengan rentang waktu terdekat:
1. Kasus Kematian Satu Keluarga di Cinere
Penemuan jenazah ibu dan anak bernama Grace Arijani Harapan (64) dan David Arianto Wibowo (38) di kamar mandi rumahnya yang terletak di Cinere, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (7/9/2023) sempat menggegerkan warga sekitar.
Pasalnya, kedua jenazah ditemukan dalam keadaan telah membusuk dan hanya menyisakan kerangka.
Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menjelaskan penyebab kematian kedua korban lantaran kekurangan oksigen. Kedua jasad ditemukan di kamar mandi yang berukuran 1,8 x 1 meter.
Korban juga menutup seluruh jendela dan celah di rumah dengan plastik dan plester, termasuk juga celah di kamar mandi.
Polisi menyatakan kematian Grace dan David diindikasikan bunuh diri. Hal tersebut mengacu pada hasil autopsi kedua jenazah.
Tim dari RS Polri tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau luka saat jasad keduanya dibawa ke RS Polri untuk diautopsi.
Selain itu, tim juga tidak menemukan racun dan penyakit yang diderita hingga kedua korban meninggal dunia.
Bahkan, hasil dari pemeriksaan dan pendalaman yang dilakukan penyidik dengan metode scientific crime investigation menemukan keduanya memiliki niat untuk mengakhiri hidup sejak tahun 2017.
Hal tersebut diketahui setelah ditemukannya petunjuk tulisan yang berisi keluhan di laptop dan telepon genggam milik korban David untuk mengakhiri hidup.
"Kami menemukan petunjuk penting isi dari laptop yang pernah kami sampaikan, to you whom ever, dan juga handphone yang kami temukan yang pernah ditulis tanggal 23 Febuari 2017," ujar Hengki, Jumat (6/10/2023).
Diketahui juga ayah dan suami korban sudah meninggal sejak 2011. Kepergian suami dan ayah yang menjadi tulang punggung keluarga membuat kondisi psikologis kedua korban terguncang.
Korban David merupakan lulusan SMA, tidak punya pekerjaan dan melakukan aktivitas penuh di rumah saja. Sedangkan korban Grace tidak berdaya setelah ditinggal suami.
Baca Juga: Psikolog Buka Suara soal Sekeluarga Bunuh Diri Lompat dari Lantai 22 Apartemen Penjaringan
2. Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Malang
Kasus bunuh diri satu keluarga juga terjadi di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Selasa (12/12/2023).
Keluarga tersebut terdiri dari tiga orang yakni suami berinisial WE (43), istri berinisial S (40) dan anak ARE (12).
Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat mengatakan satu keluarga tersebut sebetulnya beranggotakan empat orang, di mana anak lainnya berinisial AKE (12) dalam kondisi selamat dan hidup.
Kasus tersebut terungkap berawal ketika anak perempuan korban, yakni AKE, meminta tolong kepada tetangga di sekitar rumahnya.
Mendengar teriakan itu, tetangga yang merespons permintaan tolong AKE tersebut langsung masuk ke dalam rumah dan mengecek kamar, dan menemukan WE, S, dan ARE.
Saat ditemukan, WE mengalami luka sayat yang cukup dalam pada tangan kiri. Sementara S dan ARE ditemukan dengan mulut keduanya mengeluarkan busa dan bau menyengat.
Tidak jauh dari kedua korban ditemukan pula gelas dan bungkus obat nyamuk cair.
Setelah dilakukan penyelidikan, polisi menyebut motif bunuh diri tiga orang dalam satu keluarga tersebut terkait masalah utang.
"Dari sini kita bisa menyimpulkan sementara untuk motif tindakan yang dilakukan oleh almarhum Bapak WE ini lebih ke arah motif ekonomi," kata Gandha, pada Rabu (13/12/2023).
Hal itu berdasarkan sejumlah saksi yang diperiksa, termasuk AKE anak korban yang selamat.
"Beberapa orang saksi yang kita mintai keterangan, memberikan informasi bahwa beberapa kesempatan yang lalu, yang bersangkutan WE pernah memohon, meminta tolong untuk meminjami sejumlah uang," ujarnya.
Ia menambahkan, satu pekan sebelum peristiwa bunuh diri tersebut, korban WE juga sempat menyampaikan kepada sejumlah saksi bahwa ia tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya tersebut.
3. Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Penjaringan
Masyarakat baru-baru ini digegerkan dengan kasus satu keluarga yang terdiri dari empat orang melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Tower Topas, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), pada Sabtu (9/3/2024).
Satu keluarga tersebut terdiri atas ayah berinisial EA (51), ibu AEL (50), dan dua anaknya yang berusia remaja yakni perempuan berinisial JL (15) dan laki-laki JWA (13).
Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya, menyebut berdasarkan rekaman CCTV apartemen, satu keluarga tersebut datang ke apartemen menggunakan mobil sekitar pukul 16.02 WIB. Mereka kemudian terlihat naik lift menuju lantai 21.
Dalam lift terlihat sang ayah sempat mencium kening istri dan anaknya. Tak hanya itu, di lift tersebut sang ibu juga tampak mengumpulkan ponsel suami dan kedua anaknya.
Kemudian saat sampai di lantai 21, satu keluarga tersebut terlihat menaiki tangga darurat menuju lantai 22 atau rooftop apartemen tersebut. Dan pada pukul 16.13 WIB, keempatnya jatuh bersamaan dari lantai tersebut.
"Pada saat terjatuh itu masih dalam kondisi EA dan JL terikat tangannya dengan tali yang sama, AEL terikat tali yang sama dengan JWA, ikatan tali tersebut mengikat," jelasnya.
Sementara dari hasil identifikasi Inafis, korban mengalami luka berat di bagian kepala, tangan, dan kaki.
Ia menyebut hingga kini polisi masih terus menelusuri motif empat orang dalam satu keluarga melakukan bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Tower Topas, Penjaringan Jakarta Utara.
Ia mengatakan petugas telah melakukan penyelidikan dengan memeriksa para saksi di lokasi kejadian seperti petugas keamanan. Juga pihak keluarga korban dan lainnya.
Selain itu, penyidik melakukan pemeriksaan identitas kendaraan, serta ponsel milik keempat korban.
"Kita akan coba hubungi orang terdekat dari korban untuk menelusuri motif kejadian ini," ucap Agus.
Untuk mengungkap motif dugaan bunuh diri sekeluarga tersebut, polisi juga menelusuri kemungkinan keluarga itu terjerat utang.
Kontak Bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling.
Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling.
Baca Juga: 6 Fakta Sekeluarga Bunuh Diri di Jakut: Lompat dari Lantai 22, Ayah Sempat Cium Anak-Istri
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV