Pelangi Cina Indonesia: Ateng, Pelawak Sederhana yang Pantang Menyakiti Hati Orang
Humaniora | 7 Februari 2024, 04:00 WIB"Memang jadi segar lagi," cerita Ateng.
Didikan sang ayah memang membawanya ke karir sebagai pelawak. Agar bisa bergaul dengan anak-anak jujur, Ateng diikutkan dalam siaran "Panggung Gembira" asukan Pak Kasur di Studio V RRI. Di sinilah Ateng suka melawak.
Dalam sebuah lakon Rama dan Sinta, Ateng berperan sebagai Rahwana, sang raksasa jahat. Sontak diprotes teman-temannya.
"Mana ada raksasa kecil?" kata temannya.
Spontan Ateng menjawab, " Di situlah lucunya."
Gaya lawakan Ateng banyak disukai teman-temannya. Tidak heran karirnya terus menanjak. Dia mulai berkenalan dengan Bing Slamet yang sudah lebih dulu eksis. Kemudian juga dengan Iskak, Bagyo dan Edy Sud.
Baca Juga: Deretan Pelawak yang Bakal Bertarung ke Senayan di Pemilu 2024, Komeng, Denny Cagur hingga Mongol
Pada 1968, Benyamin Sueb yang sedang bekerja di pabrik eternit kadang datang ke rumah Ateng mengendarai motor DKW Hummel. Pada saat itu, Benyamin seniman Betawi serba bisa itu, sudah bisa mengarang lagu dan mengajari Ateng bernyanyi, salah satunya lagu "Kancil Kesasar".
Hubungan Ateng dan para pelawak di masanya, benar-benar sangat harmonis dan saling menghormati. Misalnya dengan Iskak.
"Kalau dua hari tidak ketemu, tidak betah. Kadang kami saling ganggu dengan gurauan tapi tidak saling menyakiti," ungkapnya.
Pada tahun 1980-an, tercatat ada 150 grup lawak yang aktif di Indonesia. Tapi Ateng tidak pernah merasa ada persaingan. Bahkan, di antara para pelawak itu bisa saling mengisi dan semua kabagian order.
Di masa tuanya, saat tidak lagi banyak manggung, Ateng hidup sejahtera bersama isteri dan dua anaknya.
Sebagai seorang publik figur, Ateng punya gaya hidup sederhana dan tidak boros saat punya banyak uang. Ateng meninggal pada 6 Mei 2003 di usia 60 tahun dan dikremasi di Krematorium Nirwana Marunda, Jakarta Utara.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Intisari