Relawan Projo: Serangan Terbuka Hasto Kristiyanto Upaya Mendiskreditkan Jokowi
Politik | 30 Oktober 2023, 09:58 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto dinilai telah melakukan framing berlebihan kepada Presiden Joko Widodo dengan melakukan serangan terbuka di publik.
Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Badan Pemenangan Pilpres Relawan Pro Jokowi (Projo), Panel Barus dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Senin (30/10/2023).
“Setelah diamati, sedikitnya ada 3 atau 4 ya serangan terbuka dari Pak Hasto kepada Pak Jokowi saya lihat dan ini upaya yang tidak baik, ini upaya mendiskreditkan Pak Jokowi tentunya,” ucap Panel.
Pertama, kritik tentang food estate yang merupakan bagian dari program Kabinet Indonesia Maju yang dibentuk Presiden Jokowi. Panel menganggap, Hasto sudah menggunakan diksi yang berlebihan kepada Jokowi dengan mencapnya program tersebut sebagai kejahatan lingkungan.
Baca Juga: 16 Guru Besar Desak MKMK Sanksi Berat Anwar Usman: Diduga Langgar Etik, MK Telah Dicoreng Marwahnya
“Dan waktu itu pak Hasto juga menggunakan diksi yang menurut saya berlebihan yaitu dia cap sebagai kejahatan lingkungan, itu yang pertama,” ujar Panel.
Kedua, sambung Panel, adalah isu Jokowi menginginkan jabatan sebagai presiden dilakukan tiga periode.
“Beliau sampaikan isu tiga periode yang mana sebenarnya isu tiga periode ini sudah kami dengar sejak 2019 dan berulang kali Pak Jokowi secara langsung dan terbuka menyampaikan pernyataan dengan tegas bahwa beliau menolak itu,” jelas Panel.
“Yang ketiga mengenai ditinggalkan, tidak tahu terima kasih, saya pikir ini juga framing yang nggak baik, framing jahat lah dalam istilah kami.”
Panel menyadari serangan terbuka Hasto kepada Presiden Jokowi tentu ada relasinya dengan kontestasi pemilu 2024 yang sudah di depan mata. Dimana Gibran Rakabuming Raka yang merupakan kader PDI-P memilih maju sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Baca Juga: FX Rudy: Saya Yakin Pak Jokowi Netral, Tidak Gunakan Kekuasaan Meski Gibran Berkompetisi di Pilpres
“Nah serangan serangan terbuka ini juga membuktikan bahwa pergeseran relasi antara Pak Jokowi dengan PDI-P, mungkin juga dipicu salah satunya setelah Pak Prabowo yang kemudian menggandeng Mas Gibran salah satu kontestan di Pilpres 2024 nanti,” ujar Panel.
Padahal selama ini, kata Panel, hubungan antara PDI-P dengan Jokowi adalah saling menguntungkan dan membutuhkan.
“Di Pilkada 2012 di saat waktu itu kekuasaan politik DKI dipegang Demokrat, Pak Jokowi didorong maju di Jakarta dan faktanya Pak Jokowi menang pada saat 2012 itu. Setelah itu juga PDIP juga dapat insentif elektoralnya, kursi PDIP dari 11 jadi 28 DKI, dari pemilu 2009 2014," kata Panel.
Kemudian, Jokowi maju sebagai capres. "Kenapa? karena 2004-2009 PDI-P kalah dan mendorong Pak Jokowi adalah bagian dari strategi dan taktik pemenangan PDIP dan terbukti, fakta bahwa 2014 PDIP menang pilpres dan Pileg dari juara 3 jadi juara 1, diulang lagi 2019 menang lagi pilpres dan juara 1 juga pilegnya. Jadi saya pikir ini posisinya harus clear,” jelas Panel.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV