> >

Kisah Sejarah di Balik Hari Veteran Nasional yang Diperingati pada 10 Agustus

Humaniora | 9 Agustus 2023, 13:21 WIB
Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto saat menghadiri syukuran HUT ke-66 Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di Gedung Pierre Tendean, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (5/1/2023). (Sumber: Dok Tim Media Prabowo Subianto)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Hari Veteran Nasional diperingati pada 10 Agustus setiap tahunnya.

Hari peringatan ini ditetapkan setelah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2014 ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Peringatan Hari Veteran Nasional bertujuan untuk mengingat jasa dan pengorbanan Veteran Republik Indonesia yang telah berjuang, membela, dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekaligus ikut membantu melaksanakan perdamaian dunia.

Tanggal 10 Agustus dipilih sebagai Hari Veteran Nasional bukan tanpa alasan.

Karena 10 Agustus itu bertepatan dengan serangan umum terhadap kota Surakarta oleh Belanda yang terjadi pada tanggal 10 Agustus 1949.

Baca Juga: Prabowo pada Mahasiswa Baru UPN Veteran: Yang Ngantuk-Ngantuk Enggak Akan Jadi Presiden

Pada saat itu Belanda tengah menyerang kota-kota besar di Jawa Timur.

Pasukan TNI kemudian menyusun pertahanan yang kuat di Salatiga dan Magelang untuk melindungi Yogyakarta yang menjadi ibu kota darurat.

Pasukan TNI menerapkan sistem Wehrkreise atau distrik militer di Yogyakarta .

Setiap Wehrkreise harus mampu menyusun sendiri kekuatan perlawanan melawan Belanda. 

Kala itu perlawanan di Yogyakarta dan sekitarnya dipimpin Letnan Kolonel Soeharto.

Sementara untuk di dalam kota dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Keraton Yogyakarta menjadi pusat komando dan tempat persembunyian para gerilyawan.

Di sisi lain, Belanda saat itu menyebarkan informasi palsu di luar negeri yang mengatakan TNI telah hancur, sehingga mereka dapat menguasai Indonesia kembali.

Namun dunia dikejutkan dengan adanya serangan umum secara mendadak merebut kota Yogyakarta yang dilakukan ribuan gerilyawan yang dipimpin Letkol Soeharto pada 1 Maret 1949.

Serangan ini bertujuan untuk menunjukan bahwa TNI tidak hancur dan Negara Indonesia masih berdiri.

Serangan umum juga dilakukan para pejuang Kemerdekaan Indonesia di Surakarta.

Serangan dilakukan di bawah pimpinan Letnan Kolonel Ignatius Slamet Riyadi.

Penyebab serangan umum Surakarta adalah markas Kolonel Gatot Subroto yang hancur diserang Belanda.

Hal tersebut mengundang amarah para pejuang di Surakarta.

Baca Juga: Veteran Militer AS Divonis 55 Tahun, Terbukti Membunuh Imigran Afganistan Disertai Ujaran Kebencian

Serangan umum Surakarta melibatkan Gerilyawan TNI berjumlah sekitar 3.000 orang.

Pasukan tersebut menyerang markas tentara Belanda di Surakarta pada 7 Agustus 1949. 

Namun puncak pertempuran terjadi pada 10 Agustus 1949 atau tepat sehari sebelum perintah gencatan senjata dilaksanakan pada 11 Agustus 1949.

Serangan umum di Yogyakarta dan Surakarta ini membuahkan hasil melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU