> >

Charta Politika Sebut Fenomena Relawan sekarang Mengarah Pengultusan bukan dari Keinginan Publik

Politik | 20 Mei 2023, 06:28 WIB
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya di program Dua Arah KOMPAS TV, Jumat (20/5/2023) malam. (Sumber: KOMPAS TV)

Adapun saat acara puncak acara, di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (14/5) lalu, relawan Jokowi menyodorkan tiga nama untuk ditentukan Presiden Jokowi sebagai capres hasil Musra.

Di kesempatan tersebut Jokowi belum memilih satu dari ketiga nama yang harus didukung oleh relawannya di 2024. Ketiga nama yang diserahkan yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto. 

"Ini artinya relawan ini sudah berubah dari relawan rakyat untuk menjaga Jokowi, menjadi relawan Jokowi yang mengatasnamakan rakyat. Itu demokrasi kultus itu Orde Baru," ujar Yunanto. 

Ia menambahkan saat ini relawan mulai menerka-neraka, saling klaim dan ingin membaca isi hati Joko Widodo terhadap kandidat capres di 2024 hingga membuat relawan terjebak dalam demokrasi kultus. 

Baca Juga: Hasil Survei Capres, LSI: Pendukung Jokowi Kini Tak Hanya Lihat Ganjar, tapi Juga Prabowo

Jika demokrasi kultus ini terus berkembang suhu politik di Pilpres 2024 akan sama seperti Pilpres 2019. 

Sebab, pengultusan individu akan berdampak rusaknya proses demokrasi karena publik terfokus kepada tokoh tertentu yang didukungnya dan menilai tokoh berseberangan adalah sebuah ancaman. 

"Sebenarnya fenomena relawan itu muncul untuk menangkap keinginan publik yang sering kali berbeda dengan elite, jadi harusnya mereka mendefinisikan diri relawan rakyat untuk Jokowi, bukan relawan Jokowi yang mengatasnamakan rakyat," ujar Yunanto. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU