Puan Beri Sinyal Partai Kuning Gabung PDIP, Pengamat: Golkar Masih Fleksibel cari Posisi Bacawapres
Politik | 17 Mei 2023, 07:40 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Langkah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk menjadi kandidat bakal calon presiden (bacapres) di Pilpres 2024 terus berjalan.
Silaturahmi Airlangga dengan pimpinan partai di luar Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dilakukan, mulai dari Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Terbaru, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani memberi sinyal partai kuning akan bergabung ke PDIP mendukung Ganjar Pranowo sebagai bacapres 2024.
Pakar Komunikasi Politik Gun Gun Heryanto menjelaskan, jika partai kuning tersebut merujuk kepada Golkar, langkah Partai Golkar saat ini masih fleksibel dan belum menentukan pilihan terkait dukungan terhadap bacapres.
Baca Juga: Puan Maharani Beri Sinyal Kuat 'Partai Kuning' Juga Dukung Ganjar Pranowo! Apa Kata Golkar?
Menurutnya, Golkar memiliki misi untuk mendongkrak suara di Pileg 2024 dengan cara mendorong Airlangga Hartarto sebagai kandidat bacapres ataupun bacawapres di Pilpres 2024.
Hal ini jugalah yang menjadi alasan Airlangga menjalin silaturahmi dengan partai lain dan tetap mendorong adanya koalisi besar yang diusulkan oleh Presiden Jokowi.
"Apakah kemudian sudah pasti ke PDIP? Menurut saya, Golkar juga belum. Apakah sudah sampai titik kesepakatan meski membangun kesepahaman? Belum tentu sepakat dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya," ujar Gun Gun di program Kompas Malam KOMPAS TV, Selasa (16/5/2023).
Gun Gun menilai, komunikasi politik yang dibangun Golkar yakni mencari bacapres mana yang berpotensi menang di Pilpres 2024.
Baca Juga: Targetkan Minimal 116 Kursi, Golkar Daftarkan 580 Caleg ke KPU RI
Kemudian keuntungan bagi Golkar di Pileg 2024 jika bergabung dengan PDIP atau bergabung dengan Koalisi Indonesia Raya (KIR) yang mewacanakan Prabowo Subianto sebagai bacapres, serta posisi bacawapres hingga pembiayaan pemilu yang jarang dibicarakan di ruang publik.
Gun Gun menjelaskan, jika posisi tawar yang diberikan kader Golkar masuk dalam kabinet, partai yang dipimpin Airlangga Hartarto itu punya pengalaman yang kuat dalam berkomunikasi dengan partai penguasa.
Di Pilpres 2014, Golkar mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, namun tetap mendapat kursi menteri di Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Menurutnya, efek ekor jas di Pileg menjadi sebuah kebutuhan bagi Golkar saat ini, sehingga semaksimal mungkin dalam pembagian kekuasaan Golkar memasukkan nama untuk posisi bacawapres.
Baca Juga: PDIP Adu Argumen by Data, Demokrat Minta Jangan Mendewakan Hasil Survei | DUA ARAH
Di sisi lain, posisi bacawapres yang diincar Golkar baik dengan bacawapres Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto sangat sulit, karena bisa mengunci koalisi.
Berkaca dari Pilpres 2019, posisi Cawapres Jokowi kala itu mengambil tokoh di luar partai politik yang bisa diterima oleh koalisi partai pendukung.
Bahkan di menit akhir, nama cawapres Jokowi berubah dari sebelumnya Mahfud MD yang masuk sebagai kandidat, menjadi Ma'ruf Amin.
"Kepentingan efek ekor jas pada Pileg ini tidak mudah. Di koalisi besar, Pak Prabowo apa mau tidak menjadi (bakal) capres? Kan enggak mungkin juga efek ekor jas hanya dinikmati oleh PDIP," ujar Gun Gun.
Baca Juga: Jawaban Airlangga Hartarto soal Pembahasan Koalisi Besar dengan PKB
"Kita sama-sama tahu koalisi di Indonesia berjalan dua tahap, saat proses kandidat dan pembentukan pemerintahan. Bagi Golkar, di tahap pertama dia akan all out memaksimalkan kesempatan sekaligus SDM politiknya mencari format dia (Golkar) berada di (bakal) cawapres untuk kemudian bisa berada di atmosfer utama perbincangan kompetisi Pilpres 2024," pungkas Gun Gun.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV