Di Balik Grasi Merri Utami: Lepas dari Tangan Regu Tembak dan Trauma Dengar Suara Pintu Penjara
Hukum | 14 April 2023, 14:42 WIBMaka pada Juli 2016, empat belas terpidana bersiap menghadapai regu tembak. Namun di penghujung waktu, sepuluh terpidana batal dieksekusi.
Salah satu terpidana yang lolos adalah Merri Utami. Sementara seorang bandar besar, Freddy Budiman, menemui ajal di tangan regu tembak.
Ketika nama Merri masuk dalam daftar hukuman mati, petugas membawanya dari LP Tangerang ke Nusakambangan di sel isolasi.
Pemberitahuan mendadak itu terjadi pada 23 Juli 2016. Merri mendapat perintah untuk mempersiapkan diri. Selama lima hari di dalam sel, Merri hanya bisa berdoa dan meminta pendampingan rohaniawan.
Padahal saat itu, pihak pengacara Merri sudah mengajukan grasi dan sedang menunggu jawaban dari Presiden Jokowi.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi menjelaskan bahwa terpidana mati yang telah mengajukan grasi tidak dapat dieksekusi hingga diterimanya keputusan dari Presiden. Nasib baik masih berpihak padanya, Merri urung dihukum mati.
Namun, Merri mengalami trauma setelah menjalani masa penantian eksekusi di dalam sel. Merri medapatkan siksaan batin yang luar biasa.
Anaknya, Devi yang sudah beranjak dewasa, pernah datang ke Kejaksaan Agung dan meminta agar sang ibu segera dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan khusus wanita di Tangerang.
Devi mengabarkan, sejak dibawa ke Nusakambangan untuk eksekusi mati, ibunya mengalami trauma berat.
Baca Juga: Hukuman Mati di Indonesia Emang Perlu?? | Gerobak Rezeki Ft. Jerry SUCI X
"Kalau untuk ibu saya sangat memprihatinkan keadaannya. Trauma psikologisnya benar-benar yang setiap malam tidak bisa tidur, trauma dengar suara buka pintu," ujar Devi di kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu, 21 September 2016.
Devi yang pernah menemui ibunya pada 19 September 2016 mendengar keluhan soal kondisi psikologisnya yang labil ditambah derita asam lambung dan darah tinggi yang kumat.
Kini Merri mengisi hari-harinya di LP Kelas II A Perempuan Semarang, Jawa Tengah, dengan kegiatan positif seperti menjahit. Dia tetap menyimpan harapan, di sisa umurnya bisa berkumpul bersama anak dan cucunya.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV