> >

Gerindra Pilih Nomor Urut 2, Begini Rekam Jejak Parpol Besutan Prabowo di Pemilu Indonesia

Rumah pemilu | 16 Desember 2022, 20:12 WIB
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan bersedia dicalonkan kembali sebagai calon presiden (Capres) di Pemilu 2024. (Sumber: Kompas TV)

 

JAKARTA, KOMPAS TV - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan nomor urut 17 partai politik (parpol) dan enam partai lokal Aceh peserta Pemilu 2024.

Sebanyak delapan partai politik di parlemen memilih menggunakan nomor urut lama mereka pada Pemilu 2019 lalu. 

Sedangkan sembilan parpol mendapatkan nomor urut baru lewat pengundian nomor urut parpol peserta pemilu yang digelar KPU, Rabu (14/12/2022).

Salah satu partai yang memilih nomor urut lama yakni Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dalam Pemilu 2024 mendatang, Partai Gerindra tetap memakai nomor 2. 

Baca Juga: Partai Gerindra dan PKB Tanda Tangani Koalisi Pemilu 2024

Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan nomor urut 2 dalam pemilu 2019 memiliki arti tersendiri. 

Pertama, nomor tersebut sudah melekat di masyarakat sehingga tidak sulit lagi bagi partai untuk melakukan sosialisasi. 

Kedua, partai tidak repot lagi untuk membuat atribut kampanye atau sosialisasi, lantaran sudah dimiliki pada Pemilu 2019 lalu.

Lalu, nomor 2 memiliki arti victory atau kemenangan, yang diharapkan bisa membawa Gerindra memenangi Pemilu di tahun 2024.

"Nomor 2 artinya victory atau kemenangan dan kami berharap kemenangan ini bukan cuma kemenangan Gerindra, tapi buat alam demokrasi kita yang harus kita jaga baik-baik," ujar Dasco saat menyampaikan sambutan dalam acara undian nomor urut partai di Gedung KPU, Menteng, Jakarta, Rabu (14/12/2022) malam.

Lantas, bagaimana sejarah berdirinya Partai Gerindra dan rekam jejaknya selama mengikuti pemilu di Indonesia? 

Dilansir dari laman partaigerindra.or.id, parpol yang dideklarasikan pada 6 Februari 2008 silam itu berdiri setelah Fadli Zon, Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, Haris Bobihoe, Sufmi Dasco Ahmad, Muchdi Pr, Widjono Hardjanto dan Prof Suhardi duduk bersama pada Desember 2007.

Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk tersebut.

Pembahasan itu berlangsung di markas Institute for Policy Studies (IPS) di Bendungan Hilir, Jakarta. Fadli Zon kala itu menjadi direktur eksekutif IPS.

“Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang Fadli.

Kisah Gerindra dan Kepala Garuda

Sebelum nama Gerindra muncul, para pendiri parpol seperti Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon dan Muchdi Pr, berembuk untuk memikirkan nama yang tepat. 

Ketika itu di Bangkok, Thailand, mereka berkumpul untuk acara Sea Games Desember 2007, demi mendukung tim indonesia, terutama tim polo dan pencak silat yang berhasil lolos untuk dipertandingkan di sana.

Nama partai harus memperlihatkan karakter dan ideologi yang nasionalis dan kerakyatan, sebagaimana manifesto Gerindra. Tersebutlah nama Partai Indonesia Raya. 

Nama yang sebenarnya tepat, namun sayang pernah digunakan di masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. 

“Kalau begitu pakai kata Gerakan, jadi Gerakan Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh semangat, saat itu. 

Peserta rapat pun kemudian menyetujuinya. Selain gampang diucapkan, juga mudah diingat: Gerindra, begitu bila disingkat.

Nah, setelah persoalan nama selesai, tinggal soal lambang. Lambang apa yang layak digunakan?

Muncul ide untuk menggunakan burung garuda. Namun, ini lambang yang sudah banyak digunakan partai lain. 

Apalagi simbol Pancasila yang tergantung di dada garuda, mulai dari bintang, padi kapas, rantai, sampai kepala banteng dan pohon beringin, sudah digunakan oleh partai yang ada sekarang. 

Untuk menemukan lambang yang tepat, Fadli Zon mengadakan survei kecil-kecilan.

Hasilnya, sebagian masyarakat justru menyukai bila Gerindra menggunakan lambang harimau. Harimau adalah binatang yang sangat perkasa dan menggetarkan lawan bila mengaum. 

Namun, Prabowo memiliki ide lain, yakni kepala burung garuda, ya hanya kepalanya saja. Gagasan itu disampaikan oleh Prabowo sendiri, yang juga disetujui oleh pendiri partai yang lain.

Deretan Ketua Umum

Sejak berdiri dari 2008, Partai Gerindra baru menghasilkan dua ketua umum. Pertama, yaitu Suhardi yang menjabat dari 6 Ferbruari 2009 hingga 28 Agustus 2014. 

Selanjutnya, kepemimpinan Suhardi diteruskan oleh Prabowo Subianto dari 20 September 2014 hingga sekarang. 

Jejak Gerindra di Pemilu 

Pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2009, Partai Gerindra menempati 26 kursi (4,64 persen) di Dewan Perwakilan Rakyat, setelah meraih 4.646.406 suara (4,5 persen). 

Di tahun yang sama, Prabowo maju sebagai peserta Pilpres 2009. Kala itu, mantan Danjen Kopassus itu menjadi cawapres dari capres Megawati Soekarnoputri.

Namun, pasangan tersebut harus puas mengakui keunggulan lawannya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono.

Pasangan SBY-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara 60,80 persen, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.

Partai Gerindra pun memutuskan menjadi oposisi dari pemerintahan SBY-Boediono.

Pada Pileg 2014, Partai Gerindra berhasil menjadi partai politik terbesar ketiga di Indonesia dan menempati 73 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat setelah meraih 14.760.371 suara (11,81 persen).

Kali ini, Partai Gerindra mencalonkan Ketua Umum Prabowo Subianto menjadi capres yang berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan suara sebesar 53,15 persen, mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.

Partai Gerindra kembali menjadi oposisi setelah Prabowo kalah dari pesta demokrasi. 

Pada Pileg 2019, Partai Gerindra menempati 78 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat setelah meraih 17.594.839 suara (13,57 persen).

Prabowo pun kembali maju menjadi lawan Jokowi. Kini, dia berpasangan dengan Sandiaga Uno. Namun, lagi-lagi dia harus mengakui kemenangan Jokowi di Pilpres 2019. 

Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin memperoleh suara 55,50 persen, diikuti oleh pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan perolehan suara 44,50 persen. 

Partai Gerindra Memutuskan Bergabung ke Pemerintahan Jokowi

Setelah mengalami kekalahan kedua kalinya, Prabowo memutuskan untuk tak menjadi oposisi dalam pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Partai Gerindra memilih sebagai bagian dari pemerintahan dan mengirimkan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. 

Baca Juga: Pemilu 2024 Gerindra Pilih Nomor Urut 2, Ketua Harian: Artinya Victory atau Kemenangan

Tak hanya Prabowo, kader lainnya, yakni Edhy Prabowo dilantik sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. 

Namun, karirnya tak cemerlang lantaran terjerat kasus rasuah dan dipecat oleh Presiden Jokowi dari jajaran pembantunya. 

Kemudian, posisi kader Gerindra di Kabinet Indonesia Maju digantikan oleh Sandiaga Uno yang dipercaya oleh Kepala Negara menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU