> >

Panembahan Senopati, Pendiri Kerajaan Mataram Islam, Pencipta Motif Batik Parang yang Legendaris

Budaya | 12 Desember 2022, 07:57 WIB
Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram Islam (Sumber:Kompas.com -)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Panembahan Senopati adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam, yang warisannya saat ini masih terlihat dalam bentuk Keraton Jogjakarta dan Surakarta.      

Nama lahir Panembahan Senopati adalah Danang Sutowijoyo yang juga dikenal sebagai Sutawijaya. Ia merupakan putra Ki Gede Pemanahan, pendiri cikal bakal kerajaan Mataram Islam.  

Melansir situs kebudayaan Yogjakarta, Kotagede merupakan salah satu kawasan bersejarah di kota Yogyakarta, yang jadi cikal bakal  kerajaan Mataram Islam.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Pakai Baju Adat Khas Keraton Surakarta di Sidang Tahunan MPR/DPR 2022

Awal mula berdirinya kerajaan Mataram Islam ketika Sutawijaya dan Ki Ageng Pamanahan membantu Jaka Tingkir membunuh Aryo Penangsang.

"Jaka Tingkir kemudian mendirikan Kerajaan Pajang, dan menghadiahkan tanah Mentaok (di Kotagede, Yogyakarta sekarang) kepada Ki Ageng Pamanahan dan Sutawijaya. Pada masa kepemimpinan Ki Ageng Pamanahan status Mataram Islam hanyalah sebuah kadipaten di Kerajaan Pajang. Namun, setelah Ki Ageng Pamanahan wafat pada 1575 M, Sutawijaya melepaskan diri dari kerajaan Pajang dan mendirikan kerajaan Mataram Islam pada 1582 M," demikian penjelasan situs kebudayaan Yogjakarta itu.

Setelah berhasil membangun kerajaan Mataram Islam, Sutawijaya kemudian mengangkat dirinya jadi sultan dengan gelar Panembahan Senopati dengan gelar "Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama, yang menunjukkan raja berkuasa atas pemerintahhan dan keagamaan. Sedangkan gelar Senopati untuk sebutan panglima perang.

Kerajaan Mataram Islam  pada masa pemerintahan Panembahan Senopati merupakan sebuah kerajaan agraris yang beribukota di Kotagede. Di bawah kepemimpinanya, Kerajaan Mataram Islam tumbuh menjadi kerajaan yang besar dan berhasil menguasai daerah Kerajaan Pajang yang sedang dilanda perang saudara.

Panembahan Senopati juga berhasil menyatukan wilayah-wilayah yang melepaskan diri dari Kerajaan Pajang. Di bawah kepemimpinan Panembahan Senopati, desa tumbuh menjadi kota yang makmur dan ramai, banyak sekali kerajaan-kerajaan yang menjadi daerah taklukannya, antara lain Kedu, Bagelen, Pajang, dan Mangiran, kemudian sebagian wilayah bang Wetan yaitu Blora, Madiun, Pasuruan, Ponorogo serta sebagian wilayah Utara Jawa yaitu Jepara, Demak, dan Pati yang menjadikan wilayah Mataram semakin luas.

Salah satu karya seni yang diciptakan oleh Panembahan Senopati adalah batik dengan motif parang atau lereng. Nama 'parang' sendiri berasal dari kata pereng yang memiliki makna lereng atau batu karang.

Motif ini tercipta ketika Panembahan Senopati saat mengamati gerak ombak laut selatan yang menerpa karang. Diyakini, kala itu Panembahan Senopati bertemu penguasa Laut Kidul atau Nyi Roro Kidul.

Maka, motif lereng pun identik dengan leter ‘S’  yang diambil dari ombak samudra, jalinan motif yang tidak pernah putus pada motif parang menggambarkan hubungan yang terus tersambung. Garis lurus diagonal pada batik parang melambangkan rasa hormat, keteladanan serta ketaatan pada nilai-nilai kebenaran. Motif batik juga merupakan simbol keteguhan seorang pemimpin.

Menurut budayawan Jawa dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo Tundjung Wahadi Sutirto, maka motif batik parang, merupakan batik tertua yang ada karena diciptakan oleh sang pendiri kerajaan Mataram Islam. Hal itu yang membuat motif ini menjadi khas milik keluarga kerajaan. 

Maka kalau ada larangan menggunakan motif ini dalam acara pernikahan Kaesang-Erina kemarin, kata Tundjung, bukan larangan dalam arti hukum positif. "Bukan berarti kalau melanggarnya kena hukuman, bukan itu. Tapi ada etika dalam budaya Jawa, " kata Tundjung saat acara Breaking News di Kompas TV, Minggu (11/12/2022).    

Baca Juga: Selain Larangan Pakai Batik Parang Lereng, Ini Aturan Tamu Undangan Pernikahan Kaesang dan Erina

Panembahan Senopati wafat tahun 1601 M dan dimakamkan di Kotagede, dan diganti putranya Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyokrowati.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU