Pakar Mikro Ekspresi Ungkap 4 Perubahan Ferdy Sambo saat Beri Keterangan Penembakan dan Pelecehan
Hukum | 7 Desember 2022, 23:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar Mikro Ekspresi Monica Kumalasari mengungkap empat perubahan sikap Ferdy Sambo saat dihadirkan sebagai saksi di sidang lanjutan pembunuhan berencana Brigadri J, Rabu (7/12/2022).
Dalam sidang lanjutan ini, Sambo dimintai keterangan untuk terdakwa Richard Eliezer, Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf.
Menurut Monica ada beberapa momen krusial yang bisa ditangkap bahwa Sambo masih menutup rapat fakta sebenarnya dari peristiwa penembakan di Duren Tiga.
Pertama saat Richard Eliezer atau Bharada E sempat menggelengkan kepala saat Sambo bersikukuh tidak memberi perintah untuk menembak Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Baca Juga: Penilaian Hakim Atas Keterangan Ferdy Sambo: Enggak Masuk Akal, Sangat Janggal
Reaksi tersenyum dan menggelengkan kepala Richard ini menunjukkan keterangan Ferdy Sambo tidak sesuai.
Monica menjelaskan meski Richard tidak diberi kesempatan untuk berbicara secara verbal, namun gestur tubuh Richard sangat terbaca bahwa ada yang tidak benar dari pernyataan saksi.
"Ketika mendengarkan sesuatu dan ada respons dari menggeleng, ada tertawa, ada merasa geram dan marah yang terlihat dari ekpresinya ini menujukkan yang disampaikan FS tidak sesuai dengan yang dirasakan Eliezer," ujar Monica di program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Rabu (7/12/2022).
Kedua saat Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santoso menilai keterangan Ferdy Sambo terkait peristiwa penembakan Brigadri J tidak masuk akal. Penilaian ini lantaran penjelasan Sambo berbeda dengan keterangan saksi yang sudah dihadirkan.
Baca Juga: Ekspresi Richard Eliezer saat Sambo Mengatakan akan Bertanggung Jawab
Menurut Monica, sangat wajar jika hakim menilai keterangan yang diberikan saksi benar atau rekayasa.
Ia menjelaskan hakim punya cara sendiri untuk menilai apakah keterangan yang diberikan saksi benar atau rekayasa. Teknik yang umumnya dipakai dalam menguji keterangan yakni criteria based content analysis.
Dalam metode ini, sambung Monica, ada 19 kriteria yang dipakai sebagai asesmen validitas pernyataan.
Seperti konsistensi, bahasa spontan, detail informasi yang disampaikan cukup hingga interaksi waktu antara keterangan saksi dengan saksi lain.
"Jadi ketika tidak melihat ini maka hakim mudah mengatakan ini tidak cukup akurat, atau kredibel untuk dilanjutkan lagi. Artinya bisa diambil kesimpulan awal bahwa informasi yang disampaikan tidak cukup kredibel," ujarnya.
Baca Juga: Begini Cara Ferdy Sambo Jawab Pertanyaan Para Jaksa Soal Senjata yang Dijadikan Bukti
Ketiga saat Ferdy Sambo memberikan penjelasan terkait peristiwa dugaan pelecehan seksual di Magelang.
Menurut Monica secara umum konteks pelecehan seksual merupakan memori episodik yang penting dan bisa menjelaskan secara detail.
Meski memori penting tersebut tidak bisa dijelaskan secara detail, namun ekspresi yang penuh muatan emosi dapat memberikan gambaran bahwa peristiwa tersebut benar terjadi.
"Ternyata ini tidak terlihat dari Pak Sambo, sehingga dia mencoba mengalihkan isunya tidak lagi kepada pelecehan seksual. Ekspresi yang ditunjukkan adalah jangan masuk ke memori episodik ini tetapi bergeser ke yang lain," ujarnya.
Baca Juga: Di Hadapan Majelis Hakim, Ferdy Sambo Sebut Istrinya Menyampaikan Diperkosa Yosua!
Terakhir Monica menilai ada perubahan psikologis saat Ferdy Sambo menjelaskan terkait barang bukti senjata yang dipakai Eliezer dan Sambo untuk menembak dinding guna menutupi peristiwa pembunuhan Brigadir J.
Menurutnya Sambo terlihat percaya diri. Hal ini dapat terbaca dari perubahan keadaan pikiran Sambo dari sebelumnya memberi keterangan dengan posisi duduk dengan nyaman kemudian beralih harus memperagakan dan mengingat sesuatu.
"Ketika seseorang duduk itu emosinya lebih turun, tapi melakukan sesuatu ada percaya diri karena ada perubahan dari psikologis," ujar Monica.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV