Eliezer Sebut Ada Wanita Lain Menangis Keluar dari Rumah Ferdy Sambo, Arman Hanis: Itu Cuma Karangan
Hukum | 2 Desember 2022, 11:49 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Arman Hanis, kuasa hukum Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, menanggapi keterangan Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dalam persidangan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J pada Rabu (30/11/2022) kemarin.
Diketahui, dalam persidangan, Bharada E menyampaikan ada sosok perempuan yang kondisinya saat itu menangis keluar dari rumah Ferdy Sambo di Jalan Bangka. Menurut Bharada E, peristiwa itu terjadi sekitar Juni 2022.
Baca Juga: Keterangan Kodir ART Ferdy Sambo Ternyata Berbeda dengan Fakta yang Terungkap di CCTV
Terkait pernyataan Eliezer tersebut, Arman Hanis membantahnya. Ia menuding Bharada E telah melakukan rekayasa. Menurutnya, keterangan mantan ajudan Ferdy Sambo itu hanyalah karangan.
"Terkait keterangan RE (Richard Eliezer) di persidangan, saya tegaskan keterangan itu tidak benar dan hanya karangan RE saja dan juga tidak ada dalam dakwaan klien kami," kata Arman Anis saat dihubungi, Jumat (2/12/2022).
Arman Hanis menjelaskan alasannya menyebut keterangan hanyalah karangan karena didasari atas lokasi tempat dinas yang bersangkutan.
Eliezer, kata dia, tidak pernah berdinas di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Melainkan di rumah dinas Komplek Perumahan Polri, Duren Tiga.
Sementara keterangan dia, Arman Hanis menyebut, Bharada E mengaku berangkat dari rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling bersama Putri Candrawathi dan Brigadir J menuju ke rumah pribadi jalan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Kesaksian Tulus Eliezer Sudutkan Sambo, Pakar Hukum: Hakim Mendengar Kesaksian Tulus Eliezer
Dengan demikian, Arman Hanis mengatakan, antara keterangan Bharada E dengan lokasi tempat dinasnya tersebut sangat bertolak belakang.
"Tidak benar, karena kalau RE tidak berdinas di Saguling tapi di rumah posko Duren Tiga," ujar Arman Hanis.
Sebelumnya diberitakan, Eliezer mengatakan ada sosok perempuan menangis yang keluar dari rumah Ferdy Sambo di Jalan Bangka, Jakarta Selatan.
Kesaksian itu disampaikan Bharada E ketika Hakim Wahyu Iman Santoso bertanya soal adakah pertengkaran antara Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sebelum kejadian di Magelang.
Bharada E lantas menjawab ada pertengkaran bermula dari Putri Candrawathi yang tiba-tiba mengajak dirinya, Brigadir J, dan Matthius untuk pergi ke suatu tempat.
Baca Juga: Pengamat: Kasus Tambang Ilegal yang Seret Nama Kabareskrim Polri Lebih Besar dari Kasus Brigadir J
“Jadi saya lagi di rumah (Saguling), Matthius juga di rumah, tiba-tiba ibu turun, almarhum pertama duluan turun dari lantai 2 bawa senjata, langsung taruh di dalam mobil yang mulia,” kata Eliezer di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (30/11/2022).
Kemudian, kata Richard Eliezer, Putri Candrawathi meminta dirinya dan Matthius untuk ikut pergi bersama dengannya dan juga Brigadir J.
Saat itu, ungkap dia, Putri Candrawathi meminta Matthius duduk di mobil bersamanya dan Brigadir J. Sementara Bharada E diminta ikut, tapi menggunakan mobil lain.
“Nanti Dek Richard, kamu di mobil sendirian ya, di belakang. Jadi kami jalan yang mulia ke arah Kemang, tapi belum ke kediaman yang mulia,” ujar Richard.
“Kita biasa komunikasi Lewat HT, saya sempat nanya berapa kali ke almarhum (Brigadir J). Bang izin, ini mau kemana. Ikut aja dulu (kata Brigadir J). Jadi mereka yang di depan itu perjalanan ada muter-muter di daerah Kemang yang mulia saya tidak tahu itu mau kemana.”
Baca Juga: Hendra Kurniawan Akui Ada Berita Acara Interogasi Kabareskrim soal Setoran Tambang Ilegal
Setelah itu, lanjut Bharada E, mobil yang ditumpangi Putri Candrawathi mengarah dan berhenti di kediaman Jalan Bangka.
“Ibu turun, saya lihat kondisi Ibu yang kayak lagi marah ya mulia, jadi saya juga tidak berani menanyakan.
Menurut Richard Eliezer, serupa dengan Putri Candrawathi, Ferdy Sambo saat tiba di rumah Jalan Bangka juga terlihat marah.
Selanjutnya, ia menuturkan ada instruksi dari Brigadir J dan Matthius agar ajudan tidak boleh masuk ke dalam rumah.
“Kita nggak tahu ada kejadian apa di dalam, sekitar 1-2 jam tiba-tiba ada orang mau keluar dari dalam rumah kan pagar kami tutup,” ujarnya.
Saat itu, lanjut Eliezer, kemudian pagar dibuka dan muncul seorang perempuan menangis dan meminta dipanggilkan sopirnya.
Baca Juga: Usai Brigadir J dan Kuat Maruf Ribut di Magelang, Susi Buat Status Menangis Sembari Tulis Begini
“Ada perempuan yang mulia. Saya tidak kenal yang mulia, nangis dia, perempuan itu nangis," tandas Eliezer.
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV