Penyebab Kasus Gagal Ginjal Paling Besar dari Sirop, Ternyata Ada Empat Penyebab Lainnya, Apa Saja?
Kesehatan | 5 November 2022, 06:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Intoksikasi (keracunan) dari obat sirop yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) maupun EG dan DEG murni diyakini menjadi penyebab terbesar gagal ginjal (acute kidney injury/AKI).
"Ahli-ahli menyampaikan ada 5 penyebab AKI. (80 persen karena obat), persentasenya itu belum pasti. Tapi yang kita lihat faktanya begitu, kita larang obat langsung turun drastis," terang Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat media visit ke Menara Kompas, Jakarta, Jumat (4/11/2022), dikutip dari Kompas.com.
Penyebab yang paling mungkin, lanjutnya, adalah keracunan obat sirup mengandung zat kimia berbahaya. Hal ini diperkuat dengan membaiknya pasien saat diberikan obat penawar (antidotum) Fomepizole.
"Obatnya kita sudah kasih Fomepizole, ini obat yang khusus kalau disebabkan oleh toksikologi bukan oleh parasit. Buktinya langsung sembuh. Jadi itu yang membuat yakin bahwa faktor risiko yang paling besar sudah pasti obat-obatan," papar Budi.
Kemudian, dalam pemeriksaan menemukan sekitar 70 persen pasien memiliki senyawa kimia berbahaya dalam darah dan air seni.
Bukti lainnya, obat-obatan sirop yang dinyatakan tidak aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditemukan di rumah-rumah pasien.
Baca Juga: Kemenkes Laporkan Kasus Kematian Akibat Gagal Ginjal Akut Capai 190
"Jadi kita sampai sekarang kesimpulan kita adalah kecil sekali faktor risiko di luar obat-obatan. Ada (enggak)? Ada, cuma sangat kecil. Risiko terbesar pasti dari obat-obatan," tandasnya.
Lima faktor penyebab gagal ginjal
Adapun satu dari lima penyebab AKI, disebutkan Budi, masuk dalam kategori tidak bisa dikontrol, yaitu kelainan genetik atau penyakit bawaan.
Dua lainnya mampu dipantau oleh orangtua, yaitu kehilangan darah dalam jumlah besar, dan dehidrasi luar biasa.
Serta, dua sisanya menjadi yang paling mungkin, yaitu infeksi bakteri, virus, atau parasit, dan intoksikasi (keracunan).
Namun, saat melakukan tes patologi untuk mencari infeksi tersebut, pihaknya tidak menemukan jenis bakteri yang mendominasi pasien.
"Jadi ada yang bilang, Pak, ini bisa disebabkan bakteri leptospirosis. Kita sudah tes di 34, yang pertama leptospirosis-nya 0 persen," beber Budi.
Selain leptospirosis, penyebab infeksi virus yang paling dominan adalah virus influenza. Tapi pihaknya tidak menemukan keterkaitan bahwa virus influenza menyebabkan kerusakan ginjal.
"Ada virus kita sudah tes virus yang paling banyak ada di anak-anak ini adalah virus influenza. Tapi enggak mungkin virus influenza bisa turun ke ginjal," jelas dia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia hingga 3 November 2022, tercatat sebanyak 323 kasus gagal ginjal akut terjadi pada anak.
Juru bicara (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, jumlah total pasien meninggal akibat gagal ginjal akut meningkat menjadi 190 anak. Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mulai terpantau naik pada akhir Agustus 2022
"Saat ini ada 28 provinsi dengan 323 kasus gagal ginjal akut, ada yang dirawat masih 34 (pasien)," kata Syahril dalam keterangan pers secara daring termasuk juga oleh KOMPAS.TV, Jumat (4/11).
"Yang meninggal (akibat gagal ginjal akut) 190, dan 99 pasien sembuh," imbuhnya.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV