Siapa Nasruddin Hoja yang Kaya dengan Humor Sufi, Fiksi atau Nyata?
Peristiwa | 2 September 2022, 06:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Selain Abu Nawas, peradaban Islam juga mengenal sosok Nasruddin Hoja. Lantaran banyak dikisahkan dengan pelbagan cerita dan anekdot tentang kehidupannya, Nasruddin Hoja dikira adalah tokoh fiksi. Padahal, sebenarnya ia sosok nyata, bahkan punya julukan mullah atau tokoh sufi.
Nasruddin Hoja adalah tokoh yang unik. Kisah hidupnya penuh hikmah dan banyak guyonan yang sarat dengan renungan. Kisah hidup dan humornya ditulis dan dibaca berabad-abad dalam tradisi Muslim hingga sekarang.
Nasruddin Hoja atau Nasredin Hoca diyakini hidup pada abad ke-13 dan wafat sekitar umur 80 tahun. Makamnya berada di Aksehir, Konya, Turki, dan tiap tahun diziarahi banyak orang.
Konya adalah salah satu kota tertua di Turki bagian selatan. Nasrudin Hoja hidup pada zaman kesultanan Dinasti Seljuk Rum, Turki sekarang.
Dikutiup dari buku Jaya Suprana bertajuk Right or Wrong My Country, ia mengutip Prof. Mikail Bayram tentang Nasruddin tokoh fiksi atau bukan. Ternyata, nama lengkapnya adalah Nasiruddin Mahmud al-Hoyi. Ia mempunyai gelar Ahi Evran (pemimpin organisasi ahli).
Ia Lahir di Kota Hoy di Azerbajan. Pendidikannya di tempuh di Hurasan dan menjadi murid seorang mufassir Quran yang terkenal Fachruddin Ar- Razi di Herat.
Lantas, ia dikirim ke Anatolia oleh oleh khalifah di Baghdad untuk mengorganisasi pertahanan dan perlawanan terhadap invasi Mongol. Ia juga sempat menjabat sebagai seorang kadi di Kayseri.
Sumber lain mengatakan bahwa Nasruddin lahir di Desa Hortu di Sivrihisar Turki pada abad ke-13.
Di makamnya di Turki, ada pintu masuk ke dalam kubah makam dengan pilar penyangga yang tinggi, tapi tidak terpagar. Di tempat ini pula, ada banyak festival yang digelar, mulai dari musik hingga pembacaan cerita-cerita Nasrudin.
Nasruddin diperkirakan meninggal pada tahun 683 Hijriyah (sekitar 1284-1285 M).
Baca Juga: Kisah Sufi Diadili karena Justru Makan ketika Puasa, Jawabannya Bikin Jengkel
Baca Juga: Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama, Sufi dan Pahlawan RI Peletak Dasar Islam di Afrika Selatan
Sosok Konyol, Cerdas dan Penuh Hikmah
Hidup Nasruddin memang penuh lelucon. Publik dunia mengingatnya sebagai insan yang kocak, konyol tapi cerdas dan melegenda, dari jazirah Arab, Persia, Eropa, Asia Tengah hingga Indonesia. Entah sudah berapa bahasa yang menerjemahkan buku-buku Nasruddin ke seluruh dunia.
Dalam banyak khazanah Timur Tengah, orang menyebutnya dengan bermacam nama.
Di Turki ia disebut Nasreddin Hoca, Nasrudddin Khwaja di Persia, Iran. Di Saudi dikenal dengan Juha Nasruddin , Nasruddin Mala bagi masyarakat Urdu, Nasrudddin Hoja bagi masyarakat Bosnia dan lain sebagainya.
Nasruddin memang bak dongeng bahkan legenda, dikenang sebagai orang yang penuh ide, jenaka dan konyol bahkan tokoh sufi.
Penulis dan traveler, Agustus Wibowo, pernah mengunjungi makam Nasrudin, tapi bukan di Turki, tapi di Bukhara, Uzbekistan. Sosok ini juga dikenal di daerah itu dan memang, di pelbagai daerah dengan kebudayaan yang macam-macam.
"Saya duduk di atas sebuah dipan, di depan patung Nasruddin dan keledainya, menyeruput teh hijau hangat menemani daging kebab, pangsit mantu, dan roti nan bersama seorang kakek Tajik. Wajah sang kakek yang berkerut-kerut dengan jenggot putih tipisnya, ditambah jubah chapan yang bergaris-garis dua warna, membuatnya semakin mirip sang Hoja," tulis Agustunis.
Meskipun kebanyakan menggambarkan Nasruddin berada di lokasi desa yang kecil, beberapa kisah lain menggunakan konsep masa hidup Nasruddin tidak dibatasi waktu.
Mereka melengkapi folklore-nya dengan kebijaksanaan ringkas tetapi tajam. Manuskrip Nasruddin tertua disebutkan pada tahun 1571
Nasruddin sering muncul sebagai tokoh bertingkah-laku aneh dalam berbagai tradisi rakyat Albania, Arab, Armenia, Azerbaijani, Bengali, Bosnia, Bulgaria, China, Yunani, Gujarati, Hindi, Italia, Kurdistan, Pashtun, Persia, Romania, Serbia, Rusia, Turki, dan Urdu.
UNESCO pda Tahun 1996–1997 mengumumkan adaya Tahun Internasional Nasruddin dan hingga kini pada sekiar bulan Juli kerap diperingati oleh masyarakat di pelbagai dearah, khususnya di wilyah Turki maupun Uzbekistan.
Anekdot-anekdotnya sering dianggap sebagai salah satu cara yang paling satir untuk mengenal diri sendiri secara lebih mendalam.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV