Rahasia di Balik Reshuffle ala Jokowi
Aiman | 20 Juni 2022, 07:10 WIBPadahal komposisi koalisi parlemen saat ini adalah menguasai tiga perempat parlemen. Ditambah PAN dan diperkuat jadi menteri di Kabinet Presiden Jokowi, maka kekuatannya bertambah menjadi di atas 80 persen. Tersisa hanya PKS dan Partai Demokrat.
Apa pun yang terjadi, faktanya kini, semua Ketua Umum Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Golkar, PPP, dan PAN, semuanya lengkap mendapatkan jatah menteri. Padahal koalisi terbaru dan pertama kali dalam sejarah Pilpres 2024 ini, (KIB) baru dibentuk bulan Mei lalu.
Pertanyaannya, untuk apa?
Sejumlah kalangan memprediksi, KIB adalah sekoci untuk Ganjar Pranowo menuju Pilpres 2024. Meski semua anggota koalisi telah membantahnya.
Ganjar Pranowo (termasuk Anies Baswedan), memang tidak ada yang bisa menjamin untuk bisa maju Pilpres 2024, karena belum ada satu partai atau koalisi partai pun yang cukup syarat untuk mengajukan mereka ke bursa Pilpres.
Maka sangat relevan KIB dibentuk sebagai sekoci bagi Ganjar.
Logika Electoral & Coattail Effect
Saat ini mungkin dibantah, tapi gerak gerik dari semua yang ada, sulit untuk mengelak. Politik memang bukan hitam putih.
Apa yang ada di panggung depan, belum tentu sama dengan yang sesungguhnya ada, alias situasi panggung belakang. Tetapi satu hal, gejala-gejalanya bisa dengan terang terbaca.
Apakah benar atau tidak, bergantung pada skenarionya. Ke depan, jika tingkat keterpilihan tinggi, maka menurut logika elektoral, tak mungkin sosok itu ditinggalkan.
Ada keuntungan soal siapa yang mengusungnya bagi partai politik dengan teori efek ekor jas (Coattail Effect), atau bagi individu alias pejabat hingga taipan yang mendorongnya untuk maju.
Bagaimana menurut Anda?
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Penulis : Redaksi-Kompas-TV
Sumber : Kompas TV