> >

Harga Pertamax Naik, BIN Minta Masyarakat Mampu Tak Beralih ke BBM Subsidi

Peristiwa | 6 April 2022, 10:28 WIB
Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi jenis BBM sesuai peruntukan. (Sumber: TRIBUNNEWS.com/HERUDIN)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Intelijen Negara (Kabin) Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan berbicara soal keputusan pemerintah menaikan harga Pertamax menjadi Rp 12.500 per April 2022. 

Menurut Budi, dalam proses pengambilan keputusan adaptasi ini, pemerintah sangat memperhatikan nasib masyarakat berpenghasilan rendah.

Mengingat, secara umum dapat dikatakan yang menanggung beban kenaikan harga Pertamax adalah kelas menengah dan atas, bukan masyarakat kelas bawah.

"Karena itulah BBM yang naik adalah Pertamax, jenis yang selama ini dikonsumsi kalangan menengah atas. Sementara jenis Pertalite yang dikonsumsi mayoritas masyarakat bawah harganya tetap dan kini justru disubsidi," kata Budi, dikutip dari Antara, Rabu (6/4/2022). 

Masih demi melindungi masyarakat, kenaikan harga Pertamax pun, lanjut dia tidak dilepas ke harga keekonomiannya yang kini sekitar Rp16.000.  Juga tidak disamakan harga di negara tetangga yang berkisar Rp20.000-Rp30.000.

"Harga Pertamax naik ke kisaran harga Rp12.500-Rp13.500. Harga yang relatif terjangkau bagi para pemilik mobil mahal," ujarnya.

Dia kemudian mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi jenis BBM sesuai peruntukan. Antara lain, kalangan yang mampu diharapkan tidak beralih ke BBM subsidi.

Mengingat subsidi disediakan Pemerintah sebagai jaring pengaman sosial melalui penetapan harga. Hal ini menyangkut kemampuan adaptasi realitas oleh masyarakat.

"Solusi paling substantif bagi masyarakat untuk menghadapi kondisi ekonomi yang mengarah ke stagflasi ini adalah bersiap dan mengadaptasikan pengelolaan hidup sehari-hari dengan kebutuhan riil masing-masing," ungkapnya.

Baca Juga: Pertamax Naik, Pertamina Pastikan Stok Pertalite Aman

Adaptasi, menurut dia menjadi pilihan terbaik saat menghadapi faktor eksternal harga BBM.

Sebab, kata Budi, terus memaksakan harga murah (mitigasi)  malah sangat berisiko karena akan menguras Pertamina dan juga mudah ditumpangi kelompok kepentingan untuk membuat resah bahkan rusuh sosial.  .

Meski demikian,Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) mengakui kenaikan ini akan tetap berdampak tak langsung pada biaya hidup masyarakat. Terutama karena terakumulasi dengan kenaikan komoditas lain. 

Padahal, pendapatan masyarakat baru berangsur pulih setelah didera Covid-19 yang panjang.

Salah satu kunci stabilitas harga di pasar adalah Pemerintah akan berusaha keras memastikan suplai memadai. 

Budi menuturkan, pemerintah juga berupaya agar kenaikan harga-harga saat ini tidak sampai menyengsarakan rakyat.

"Tentu untuk memastikan kenaikan harga-harga saat ini tidak sampai menyengsarakan rakyat, pemerintah akan terus bekerja keras menjamin  ketersediaan, membuat perencanaan BBM yang lebih baik, real time, dan berbasis data, serta membuat rambu-rambu agar kalangan mampu tidak berpindah mengonsumsi BBM subsidi," jelasnya.

Semua orang suka BBM murah. Segelintir ahli percaya, BBM murah mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun adaptasi harga BBM saat ini bisa lebih bernilai saat menjadi dorongan kuat munculnya inovasi.

Secara umum, kenaikan harga BBM jenis Pertamax per 1 April 2022 merupakan langkah pemerintah dalam menghadapi lonjakan harga minyak dunia yang mencapai di atas 100 dolar AS per barel karena krisis Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Harga Pertamax Naik, Kepala BIN Ajak Masyarakat Ubah Gaya Hidup: Naik Sepeda dan Jalan Kaki

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Purwanto

Sumber : Antara


TERBARU