> >

Setelah Minyak Goreng Kini Kedelai Juga Mahal, DPR Minta Pemerintah Intervensi

Politik | 21 Februari 2022, 13:39 WIB
Ilustrasi kedelai (Sumber: KOMPAS.COM/DEWANTORO)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Di tengah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng, kini masyarakat Indonesia kembali dihadapkan dengan isu kedelai.

Belakangan ini kedelai pun dikabarkan mahal dan langka di pasaran.

Akibatnya, hal tersebut membuat sejumlah pedagang tahu dan tempe berencana menggelar aksi mogok produksi.

Atas sejumlah hal itulah Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi meminta pemerintah segera mengambil langkah taktis jangka pendek dan panjang untuk mengintervensi isu kedelai yang setiap tahun terus terjadi di Indonesia.

“Yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong agar jumlah produksi ditingkatkan. Jangka pendeknya menyiapkan ketersediaan kedelai itu sendiri sesuai dengan kebutuhan pasar dengan melakukan intervensi. Karena ini adalah sebuah kebutuhan mendasar dari pangan rakyat,” ujar Dedi kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/2/2022).

Baca Juga: Tempe, Kuliner yang Eksis Sejak Abad Ke-16, Kini Terancam Langka Usai Harga Kedelai Naik

Politikus Partai Golkar itu meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) segera melakukan langkah dalam mendorong ketersediaan kedelai di pasaran.

Sekaligus menstabilkan harga agar stabil saat kedelai ada dan mudah didapat.

“Kedelai di kita memiliki kualitas baik, dan itu rasanya enak dibanding yang impor. Tapi sering kali untuk kepentingan tempe kurang diminati karena ukurannya dianggap kecil dibanding impor yang ukurannya besar. Itu yang mendorong pedagang menyukai kedelai impor,” ujarnya.

Selain itu, minimnya produksi dalam negeri tak lepas dari kurangnya minat petani karena secara ekonomis harga kedelai jauh di bawah padi dan jagung.

Sehingga, dalam hal ini juga perlu intervensi agar ada langkah strategis dalam mengatasinya.

Pemerintah, kata Dedi, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) harus segera membuat perencanaan mulai dari penanaman serentak, penyediaan lahan, bibit unggul yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia, tenaga pendamping hingga sejumlah alat produksi pasca panen.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik Karena China Borong Buat Pakan Babi

“Karena pasca panen harus ada mesin pemanas, mesin pemilahnya, kalau perlu disediakan karung kedelai. Karena salah satu problem di kita ini adalah karung dari petani bukan murni untuk kedelai tapi bekas. Kemudian kedelai tidak dalam keadaan bersih karena bercampur dengan bahan lain. Sehingga pembeli tidak tertarik lagi,” tuturnya.

Dedi menjelaskan, DPR tidak memiliki kewenangan untuk melakukan langkah teknis di lapangan.

Sehingga beberapa hari lalu pihaknya telah melakukan rapat gabungan.

Sayangnya Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi tidak hadir sehingga rapat ditunda.

“Yang punya langkah itu kan kementerian sehingga di rapat kemarin kita minta Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian (Menperin) dan Menteri Pertanian (Mentan) duduk bersama bicara dengan DPR agar seluruh langkahnya kita dan publik mengetahui. Tapi kan kemarin Mendag tidak hadir, padahal Senin ada ancaman mogok,” kata dia.

Baca Juga: Harga kedelai naik, produsen kurangi produksi tahu tempe hingga 40 persen

Ia menegaskan, isu kedelai adalah isu klasik yang terus timbul setiap tahun dengan dibarengi ancaman mogok para pedagang.

Sehingga hal ini harus segera ‘diobati’, mulai dari mengetahui sejak dini dan menyiapkan segala kebutuhan dasar produksi baik perencanaan impor atau tanam lokal.

“Itu diperlukan langkah efektif dan nyata dari Kemendag dan Kementan. Sehingga misal ada kesepakatan intervensi tanam tapi harus dijamin ada yang membeli itu kedelainya. Sering kali petani mengalami kerugian karena menanam kedelai tapi dijual harga yang murah. Kita lihat banyak kedelai masih muda dibabat, dijualin untuk dimakan direbus,” beber Dedi.

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin, aksi mogok tersebut merupakan respons akibat mahalnya harga kedelai.

"Rencananya 21, 22, 23 Februari (aksi mogok dilakukan), kalau pemerintah tidak mengabulkan tuntutan kami," kata Aip, Minggu (20/2/2022), seperti dikutip dari Kompas.com.

Ia menyampaikan, awalnya hanya perajin di Jabodetabek dan Jawa Barat yang akan melakukan aksi mogok ini.

Tapi, secara sukarela perajin di Banten, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur menyatakan juga akan ikut aksi mogok tersebut.

Baca Juga: Wakil Ketua DPR Desak Mendag Stabilkan Harga Kedelai

Oleh sebab itu, produsen menuntut pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran.

Jika tuntutan ini terpenuhi, produksi tahu dan tempe akan dilanjutkan lagi.

Aip memastikan, aksi mogok tidak akan diikuti dengan aksi demonstrasi.

Perajin hanya melakukan mogok produksi, dan tidak ada aksi turun ke jalan. "Enggak mengganggu lalu lintas, enggak ada kerumunan," ujarnya. 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU