Perbedaan Pendapat Soal Efektifitas PPKM Level Antara Kemenkes dan Epidemiolog
Peristiwa | 11 Februari 2022, 12:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai efektif kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tengah lonjakan Covid-19.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi hal tersebut efektif apabila masyarakat menerapkan PPKM secara konsisten.
Selain itu juga, kata Nadia, PPKM sudah terbukti dapat menurunkan kasus saat puncak kasus varian Delta.
"Karena kita sudah pernah bisa menurunkan kasus dalam tiga pekan dari puncak kasus Delta dan menekan terus kasus positif dengan kebijakan PPKM," ujar Siti Nadia Tarmizi seperti diwartakan Antara, Jumat (11/2/2022).
Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan untuk meningkatkan level PPKM di Jabodetabek, Yogyakarta, Bali, dan Bandung Raya menjadi level 3 hingga 14 Februari 2022.
Lebih lanjut, Nadia mengatakan kunci keberhasilan PPKM adalah kerja sama dan pengertian serta kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan PPKM.
Diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, berbeda dengan pendapat Kemenkes, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyatakan PPKM Level tidak efektif karena varian Omicron dan kasus Covid-19 meningkat.
Baca Juga: KSP Jawab Isu Level PPKM Sengaja Dinaikkan Tiap Jelang Ramadan
Masdalina menyebut jika intervensi PPKM Level efektif seharusnya dapat menekan perluasan varian Omicron dan angka kasus.
Bahkan ia juga menyatakan bahwa ada tidak adanya PPKM Level laju transmisi akan tetap ada karena sifatnya yang alamiah.
"Ada atau tidak adanya level ini di dalam wilayah laju transmisi ini tetap akan berlanjut seperti ini. Laju transmisi berlangsung alamiah. Kalau memang intervensinya efektif, semestinya Omicron tidak meluas. Kedua, kasus tidak meningkat itu yang menunjukkan bahwa intervensi memang efektif," kata Masdalina Pane dalam acara dialog Sapa Indonesia Pagi Akhir Pekan KompasTV, Minggu (6/2/2022).
Lebih lanjut, ia menerangkan ketika apa yang terjadi dan diintervensikan berbeda, itu saja menjadi tidak efektif dilakukan.
"Indikatornya sederhana,pertama kasusnya terus naik. Kedua, Omicron melebar ke berbagai wilayah," imbuhnya.
Menurutnya, di awal Omicron hanya ada di Jakarta. Tapi kemudian melebar ke aglomerasi, selanjutnya ke berbagai provinsi.
Sekarang Jawa-Bali sudah mulai meningkat dan bahkan hingga ke luar Jawa-Bali.
"Jadi pertanyaan kita adalah di mana fungsi levelnya itu untuk juga bisa memutus rantai penularan agar kasus ini tidak meluas. Kalau melihat kurvanya yang meningkat terus menerus bahwa menandakan intervensi yang dilakukan belum efektif untuk bisa menahan terhadap sebaran dan peningkatan jumlah kasus," terangnya.
Baca Juga: PPKM Level 3, Transjakarta Batasi Kapasitas Penumpang 70 Persen Saja
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Antara