> >

Antisipasi Erupsi Gunung Anak Krakatau, BMKG Ingatkan Tidak Beraktivitas di Pantai Selat Sunda

Sosial | 6 Februari 2022, 05:05 WIB
Pantauan peningkatan aktivitas Gunungapi Anak Krakatau Jumat (4/2/2022) (Sumber: Badan Geologi Kementerian ESDM)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di pantai Selat Sunda. 

Hal ini sebagai langkah antisipasi dari erupsi Gunung Anak Krakatau yang kini berada pada status level II atau waspada.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyatakan sepanjang Sabtu (5/2/2022) erupsi Gunung Anak Krakatau masih terjadi. 

Baca Juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau Terus Meningkat Beberapa Hari Terakhir

Tercatat ada tujuh kali erupsi yang terjadi, hingga memicu terjadinya semburan material vulkanik setinggi 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Sebelumnya Jumat (4/2/2022), letusan di Gunung Anak Krakatau sebanyak 9 kali dengan tinggi kolom abu berkisar antara 800-1000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.

Selain itu erupsi Gunung Anak Krakatau sebelumnya sempat memicu dampak ikutan seperti tsunami.

"Untuk saat ini tidak beraktivitas di pantai karena memang kondisi Gunung Anak Krakatau sedang mengalami erupsi dan kita patut waspada dengan hal ini," ujar Daryono, Sabtu (5/2/2022).

Baca Juga: Kembali Erupsi! Gunung Anak Krakatau Keluarkan Kolom Abu Setinggi 1.000 Meter

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM juga meminta warga menjauhi area Gunung Anak Krakatau sejauh 2 kilometer.

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menjelaskan berdasarkan data visual dan instrumental, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava, dan hujan abu lebat, dalam radius 2 km dari kawah aktif. 

Hujan abu yang lebih tipis, sambung Eko, dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Anak Krakatau Terus Terjadi, Warga Diminta Menjaga Jarak Aman Sejauh 2 Kilometer

Secara historis, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi.

Utamanya oleh instansi yang berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunung api seperti tsunami.

"Longsoran tubuh gunung api tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi gunung api ini sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunung api," ujar Eko.
 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU